BE POSITIF AND LET'S ACTION
0 komentar

Kisah Perjalanan Kesuksesan Para Mentor eu

Bermodal Rp 1 Juta Kini Beromzet Rp 3 Miliar 


Malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih. Sepertinya pepatah ini tepat untuk menggambarkan kondisi pengusaha Joko Santoso pada tahun 2003. Ketika itu sakit komplikasi yang dideritanya membuatnya harus kehilangan seluruh harta benda. Ia pun terpaksa harus keluar dari pekerjaannya sebagai staf ekspor di PT Tyfontex.
“Ibaratnya saat itu saya benar-benar hancur. Tiga rental VCD dan tiga lembaga pendidikan yang saya punya, bahkan mobil dan rumah habis dijual untuk membiayai pengobatan. Ditambah lagi sakit saya ini menuntut untuk tidak bekerja terlalu over, terpaksa saya harus keluar dari pekerjaan. Saya sama sekali tidak punya harta benda lagi,” tuturnya. 
Namun itu semua tak membuat Joko putus asa dan kecil hati. Mental baja yang sudah dimilikinya sejak kecil, membuat pria yang satu ini pantang menyerah. Dengan hanya berbekal uang Rp 1 juta dari dana Jamsostek, Joko berusaha membangun kembali puing-puing usahanya yang sudah hancur lebur. Membuka toko aksesori adalah usaha yang kemudian dipilih untuk mengawali hidup barunya. Modal Rp 1 juta, ia gunakan untuk mendirikan toko dan membeli berbagai aksesori. Dari toko yang ia namakan Paloma Aksesoris ini, Joko bisa memperoleh laba Rp 3 juta setiap bulannya.
Melihat hasil yang cukup lumayan, Joko kemudian bertekad harus mempunyai lima toko dengan harapan ia bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 15 juta per bulannya. Namun apa daya, kenyataan tak sesuai dengan harapan. Bukannya keuntungan berlipat yang diperoleh tapi justru masalah yang datang menghampiri.
Di sinilah kemudian ia belajar bahwa silaturahmi menjadi salah satu cara jitu untuk bisa sukses di dunia bisnis. “The first thing that makes you success ini business is dolan alias silaturahmi,” ujarnya sambil tertawa.
Usaha Baru
Sejak menghadapi banyak masalah dengan toko aksesorinya, Joko lebih sering ngobrol bareng dengan para etnis Tionghoa yang terkenal ahli dalam berdagang. “Dari mereka saya tahu bahwa tidak perlu buka toko banyak-banyak, lebih baik membuka satu toko tapi besar sekalian,” ceritanya.
Akhirnya dua dari lima toko yang dimilikinya dijual sebagai modal membuat toko yang lebih besar. Tak tanggung-tanggung bangunan berukuran 500 meter persegi ia dirikan untuk membuka toko yang lebih besar.
Dan terbukti saran dari kawan-kawan Tionghoa ini tidak salah. Dari sekadar sebuah toko aksesori, kini Paloma sudah berkembang menjadi sebuah swalayan yang menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari. Dari toko aksesori bermodal Rp 1 juta ini jugalah, yang menjadi cikal bakal kerjaan bisnis pria berusia 40 tahun ini. Setelah sukses dengan swalayan, Joko kemudian merambah bisnis distributor customer good atau barang kebutuhan rumah tangga.
Tak ingin berhenti di situ saja, Joko selalu berpikir untuk meng-create sebuah usaha baru. Dan hingga saat ini tak kurang dari empat divisi usaha ada di bawah naungan PT Paloma Citra Internasional. Divisi-divisi usaha ini antara lain bidang perdagangan, developer (perumahan Paloma), kontraktor, dan lembaga keuangan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Muara Utama.
Dan dari omzet yang hanya Rp 300.000 per bulan, kini Joko sudah bisa meraup hingga Rp 3 miliar setiap bulannya. Ini semua buah dari kerja keras dan kejelian membaca setiap peluang. “Saya tidak menyangka bisa sampai seperti ini. Dulu rasanya untuk membeli sebuah sepeda saja susah sekali. Tapi syukurlah masa-masa sulit itu sudah terlewati. Dan saya memang percaya untuk dapat meraih kesuksesan di dunia bisnis memang ada paket jatuh bangunnya juga, dan mental kita harus kuat untuk menerima itu semua,” tandasnya. 
Dapatkan Uang Lotre $10.000 Hanya Dengan Mengklik Banner di Bawah,Serta free Login Register.Get $10000 Only By Clickling This Banner.