BE POSITIF AND LET'S ACTION

CARA GILA JADI PENGUSAHA 3

Saat Anda merasa tertekan. Saat Anda tidak dapat berbuat apa-apa dengan
ijazah Anda. Saat Anda kebingungan karena harus bayar kredit rumah. Atau
pada saat Anda merasa terhina.”
Memang ‘nasehat’ saya ini agak berbeda dengan kebanyakan orang.
Biasanya orang menyarankan, kalau mau usaha sebaiknya mengumpulkan
modal dulu, kemudian cari tempat dan seterusnya. Tetapi, banyak orang
sukses sebagai wirausahawan justru dimulai dari sebaliknya, hanya punya
semangat dan tidak punya apa-apa. Kondisi yang ada memaksa mereka
harus “bermimpi” tentang masa depannya, kemudian tertantang untuk
menggapainya, dan berusaha keras untuk mewujudkannya.
Anda tentu tahu atau paling tidak pernah mendengar nama Steve Jobs ?
Sebelumnya dia bukan siapa-siapa. Jobs hanyalah anak muda yang gemar
bercelana jeans belel dan berkantong kempes. Belakangan, dia membuat
Apple Computer di garasi rumahnya, dan mendirikan perusahaan yang masuk
Fortune 500 lebih cepat dari siapapun sepanjang sejarah.
Jobs adalah contoh orang yang berhasil dalam berwirausaha, justru bukan
karena kepandaiannya di bangku kuliah. Tapi, karena ia memiliki keberanian
dan keyakinan akan usaha yang digelutinya. Dia mampu bertindak
merealisasi gagasannya dengan meninggalkan lingkungan kuliah dan teman-
temannya yang suka berhura-hura.
Tapi, saya tidak menyarankan Anda untuk mengabaikan pendidikan.
Hanya saja, saya ingin mengatakan, bahwa untuk menjadi
wirausahawan terlebih dahulu dibutuhkan keberanian memulai
(bertindak), untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada. Hal
tersebut harus segera dilakukan, sebelum orang lain
mendahuluinya.
Kepandaian akademis akan diperlukan bila usaha kita sudah berjalan, dan itu
bisa kita dapatkan dengan mengikuti kuliah lagi, atau kita bisa membayar
orang-orang pandai sebagai karyawan atau konsultan.
Berani Dulu, Baru Trampil
“Saya bisanya hanya nggodhog wedang atau merebus air, tapi
akhirnya saya bisa juga punya restoran. Itu karena, saya
punya keberanian”. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
16
Saat saya berbicara pada kuliah kewirausahaan di Fakultas Ekonomi sebuah
universitas swasta di Yogyakarta, saya sempat ditanya para mahasiswa:
“Apakah seorang untuk menjadi pengusaha itu harus memiliki keterampilan
dulu ?”
Saya rasa, ini pertanyaan bagus. Pertanyaan yang sama pernah juga hinggap
di benak saya, yaitu saat saya baru memulai menjadi pengusaha. Saat
pertanyaan ini saya balikkan pada mereka, teryata sebagian besar mahasiswa
mengatakan: “Perlu terampil dulu, baru berani memulai usaha.”
Saya rasa jawaban mereka tidak bisa disalahkan. Mereka cenderung
menggunakan otak rasional. Padahal untuk menjadi pengusaha,
kita harus ‘berani’ dulu memulai usaha, baru setelah itu memiliki
keterampilan. Bukan sebaliknya, terampil dulu, baru berani
memulai usaha.
Sebab, saya melihat di Indonesia, ini sebenarnya banyak sekali
pengangguran yang tidak sedikit memiliki keterampilan tertentu. Namun,
mereka tidak punya keberanian memulai usaha. Akibatnya, keterampilan
yang dimiliki apakah itu yang diperolehnya saat sekolah atau bekerja
sebelumnya, akhirnya banyak yang tidak dimanfaatkan. Itu ‘kan sayang
sekali.
Seperti yang saya alami sendiri, saat membuka usaha Restoran Padang
Sari Raja. Saya katakan pada mereka, bahwa terus terang saya tidak bisa
membuat masakan padang yang enak. Saya penikmat masakan padang. Tapi
saya tidak tahu bumbunya apa saja yan membuat masakan tersebut enak.
Saya katakan pada mereka: “Saya bisanya hanya nggodhog wedang atau
merebus air”. Itu artinya apa? Saya bisa punya usaha restoran, karena saya
punya keberanian.
Begitu juga, saat saya dulu membuka usaha Bimbingan Belajar
Primagama. Saya belum pernah mengajar atau menjadi tentor di tempat
lain. Bahkan saya belum pernah menjadi karyawan di perusahaan orang lain.
Namun, saya memberanikan diri untuk membuka usaha tersebut. Sebab,
saya berpendapat, kalau kita tidak punya keterampilan, maka banyak orang
lain yang terampil di bidangnya bisa menjadi mitra usaha kita.
Karena itu bagi saya, yang terpenting adalah keberanian dulu membuka
usaha. Apapun jenisnya, apapun namanya. Sebab, sesungguhnya, untuk CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
17
menjadi pengusaha, keterampilan bukan segala-galanya. Tetapi keberanian
memulai usaha itulah yang harus kita miliki terlebih dahulu.
Banyak contoh, orang yang sukses menjadi manajer, tapi ternyata belum
tentu sukses sebagai entrepreneur. Sebaliknya, seseorang yang di awal
memulai usaha dengan tidak memiliki keterampilan manajerial, tetapi ia
memiliki keberanian memulai usaha, banyak yang ternyata berhasil.
Orang jenis terakhir ini selain memiliki keberanian, juga mau
mengembangkan jiwa entrepreneur. Oleh karena itulah saya kira, jiwa
entrepreneur, harus kita bangun atau kita bentuk sejak awal.
Kaya Ide, Miskin Keberanian
“Kita harus ada keberanian untuk jatuh – bangun”.
Ada sebuah pertanyaan menarik dari seorang Ibu, peserta “Entrepreneur
University” angkatan ketiga saat mengikuti kuliah perdana pekan lalu yang
mengatakan :
“Saya begitu banyak sekali ide bisnis, tapi nyatanya tak ada satu pun ide
bisnis itu terealisir. Akibabnya, saya hanya sekadar kaya ide, tapi bisnis tak
ada”.
Saya kira, pernyataan atau kejadian seperti itu tak hanya dialami oleh ibu
tadi, tapi juga cukup banyak dialami oleh kita semua, bahwa yang namanya
ide bisnis itu ada-ada saja. Tapi, yah hanya sekadar ide bisnis, sementara
bisnisnya nol atau tak terwujud sama sekali. Terkadang ide yang tidak kita
realisir justru sudah dicoba lebih dulu oleh orang lain.
Dalam konteks ini, sebenarnya untuk membuat bisnis memang dibutuhkan
ide. Hanya saja, karena kita hanya kaya ide, namun miskin keberanian untuk
mencobanya, maka yang berkembang adalah idenya, sedang bisnisnya nol.
Miskinnya keberanian itu bermula ketika kita mendapat pendidikan di sekolah
atau di bangku kuliah, yang kita dapat hanyalah teori semata. Jadi, kita
terlalu banyak berteori, tapi miskin praktek. Akibatnya, ketika kita kaya ide,
miskin keberanian. Artinya, kalau kita hanya menguasai teori, namun kalau
tidak bisa dipraktekkan, maka ide bisnis sehebat apapun akan sulit jadi
kenyataan. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
18
Yah, seperti halnya, kita belajar setir mobil. Kalau kita hanya tahu teorinya,
tapi tak pernah mencoba atau mempraktekkannya, tentu tetap tidak bisa
setir mobil.
Jadi, persoalannya adalah terletak pada, bagaimana kita yang semula hanya
kaya teori atau hanya sekadar bermain logika atau istilah lainnya hanya
mengandalkan otak kiri, kemudian bisa berpikir atau bertindak dengan otak
kanan.
Jika kita mampu juga menggunakan otak kanan, maka seperti pada saat kita
setir mobil. Serba otomatis, tidak lagi harus dipikir, semua sudah di bawah
sadar kita. Kalau pun, di saat kita praktek setir mobil atau mempraktekkan
teori kita itu, terjadi berbagai kendala, seperti: di saat kita memasukkan
mobil ke garasi, mobil kita sedikit rusak karena nyenggol pagar misalnya,
saya kira nggak masalah.
Begitu juga, ketika kita kecil belajar bersepeda, mengalami jatuh beberapa
kali, itu sudah biasa. Tapi, akhirnya, bisa juga kita naik sepeda. Artinya, kita
baru bisa naik sepeda setelah pernah mengalami jatuh beberapa kali.
Di dunia bisnis juga sama. Kita harus ada keberanian untuk jatuh dan
bangun. Sebaliknya, kalau tidak ada keberanian seperti itu, bisnis sekecil
apapun tak akan ada. Dan, kalau kita biarkan ide bisnis itu, akibatnya kita
hanya kaya ide bisnis, tapi miskin duitnya. Dengan keberanian itulah akan
mendatangkan duit. Oleh karena itulah :
“Lebih baik kita berani mencoba dan gagal dari pada tidak mencoba
sama sekali”.
Anda berani mencoba?
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
19
Peluang Bisnis Di Sekitar
Sebenarnya di sekitar kita ini banyak sekali macam bisnis yang bisa diraih.
Hanya saja, kita harus betul-betul memahami kebutuhan masyarakat
konsumen. Sebagai contoh, di beberapa kota di Amerika Serikat, sudah
banyak bisnis yang dikembangkan dari ide-ide sederhana seperti bisnis
membangunkan orang tidur (morning call).
Aneh, tapi itu nyata. Tentu, pengguna jasa ini harus menjadi member
terlebih dahulu dengan membayar annual fee dalam jumlah tertentu. Ada
juga bisnis yang di sini masih langka dan belum memasyarakat, yakni bisnis
menyewakan pakaian dan perlengkapan bayi.
Barangkali sekarang ini belum banyak yang kita temukan. Namun, jika kita
kreatif, akan mampu melihat peluang bisnis sebanyak-banyaknya dan mampu
menangkap satu atau dua di antaranya. Pendek kata, peluang bisnis tidak
akan pernah ada habisnya, selama minat manusia masih menjalankan hajat
hidupnya di dunia ini.
Dimana saja sebenarnya peluang bisnis disekitar kita? Misalnya, Saat ldul Fitri
yang membawa tradisi kirim mengirim parcel dan buah tangan lainnya, walau
itu sifatnya musiman, namun saya melihat itu adalah peluang bisnis. Awalnya
musiman, tetapi bila dikembangkan dan ditekuni dapat dijadikan bisnis
permanen bersama berkembangnya kehidupan sosial masyarakat.
Keterampilan tertentu juga bisa dijadikan peluang bisnis. Terampil dibidang
elektronika misalnya, bisa membuka bisnis reparasi dan maintenance alat-alat
elektronik. Ahli di bidang komputer bisa membuka bisnis software dan
hardware. Terampil di mesin, bisa memulai bisnis dari servis motor atau
mobil.
Atau barangkali, punya kreativitas yang berciri khas dan unik, kita bisa
merintis bisnis kreatif, seperti Kaos Dagadu itu. Bahwa produk ini akhirnya
jadi souvenir khas Yogya, itu sebagai bukti bahwa kreativitas bisa jadi
peluang bisnis yang menarik untuk digeluti. Maka, tidak ada salahnya, jika
kita juga mencoba mengembangkan kreativitas yang tidak lazim dan unik,
agar bisa dijadikan peluang bisnis.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
20
Tingkat pendidikan kita juga bisa menjadi peluang bisnis dengan
pengembangan profesi. Misal sarjana matematika membuka kursus
matematika. Sarjana Sastra lnggris memulai usaha dengan membuka
kursus bahasa lnggris. Peluang bisnis juga ada dilingkungan keluarga. Bisa
dimulai dengan berbisnis makanan atau katering dan keluarga bisa diajak
serta, dan bisnis ini bisa dikelola dari rumah.
Peluang itu juga terdapat di lingkungan pekerjaan, organisasi dan tetangga.
Tentu saja, di lingkungan itu kita banyak teman. Maka, jika punya produk
tertentu, bisa saja kita jual produk tersebut kepada mereka.
Bahkan relasi kita pun bisa juga jadi peluang bisnis. Misalnya, bisa pinjam
uang pada relasi untuk modal usaha. Produk yang dihasilkan, selain bisa
dijual pada orang lain, juga pada relasi kita itu. Dengan begitu, kita tak hanya
jeli mencari peluang bisnis, tapi juga mampu menciptakan Pasar.
Begitu pula, jika punya hobi. Misalnya melukis, bisa jadi pelukis, dan lukisan
itu bisa dijual digaleri. Bagi yang hobi senam aerobik atau body Ianguange,
bisa berwirausaha buka studio senam.
Bahkan, peluang bisnis itu juga bisa diraih saat kita melakukan perjalanan ke
luar kota. lde bisnis bisa muncul setelah kita melihat bisnis di kota lain, dan
itu bisa dikembangkan di kota sendiri. Hanya saja, agar bisnis yang akan
dijalankan tidak sia-sia, ada baiknya pastikan dulu pasarnya.
Tapi, tentu, peluang bisnis itu hanya bisa diraih, jika kita jeli dan gigih. Ingat
pepatah yang mengatakan: “Tidak ada usaha, tidak ada hasil”.
Oleh karena itu, sebaiknya jangan ragu di dalam setiap meraih peluang bisnis
yang ada di sekitar kita. Soal besar kecilnya peluang jangan jadi masalah.
Tangkap dulu peluang yang ada. Dan, jangan khawatir, peluang bisnis yang
berikutnya pasti akan mengikuti. Bisnis itu selalu mengalir, seperti bola salju,
dimulai dari yang kecil lalu menggumpal menjadi besar .
Bukan Melulu Karena Uang
“Kesukses bisnis kita bukan semata-mata uang, tapi visi.
Karena itu, visi masa depan harus kita miliki”.
Tidak sedikit obsesi entrepreneur dalam menekuni bisnisnya, bukan CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
21
semata karena uang. Banyak dari mereka yang maju karena visi, yaitu ingin
menciptakan lapangan pekerjaan, dan dari usahanya itu mempunyai dampak
sosial bagi kesejahteraan masyarakat.
Dan, karena visinya seperti itu, maka dengan berhasil menciptakan lapangan
kerja, atau usahanya memiliki dampak sosial yang positif, maka hal itu pun
sudah merupakan sesuatu yang sangat memuaskan dirinya.
Bahkan, dengan memiliki visi itu, maka kalaupun usaha yang kita jalankan
tidak untung, tetapi tetap jalan, maka hal tersebut bukanlah merupakan
permasalahan yang amat penting.
Selama ini saya jarang melihat, ada entrepreneur yang mencapai puncak
prestasinya, dengan cara lebih menempatkan uang sebagai penggerak
utamanya. Tapi saya berpendapat, keberhasilannya karena ia memang lebih
punya kemampuan menggerakkan visinya. Sehingga, sosok entrepreneur
seperti ini, selalu saja punya keinginan merubah cara kerja dunia.
Mereka selalu kreatif dan inovatif, mereka menikmati apa yang dilakukannya.
Pendeknya, visi itulah yang sebenarnya menggerakkan entrepreneur
melakukan sesuatuyang akhirnya usahanya meraih kesuksesan. Hanya saja,
untuk bisa menjadi entrepreneur yang baik, maka perlu memiliki kebebasan
untuk mengejar visi-visi tersebut. sebaliknya, jika tak dapat melakukannya,
maka kita tidak akan pernah memperoleh keuntungan dari hal tersebut.
Pengusaha yang bisa kita jadikan contoh memiliki visi yang luar biasa adalah
Bill Gates pendiri perusahaan komputer perangkat lunak terbesar di dunia,
Microsoft Corp, yang baru-baru ini meraih gelar Doctor (HC) di sebuah
universitas di Jepang. Pengusaha ini termasuk orang tersukses pada akhir
abad ke-20 dalam kategori bisnis.
Namun, dari apa yang saya pahami, keberhasilannya itu karena ia memiliki
visi dan komitmen untuk sukses, dan ternyata Bill Gates sangat
menikmatinya. Jelas, bahwa kesuksesannya nyata-nyata bukan semata-mata
karena soal uang, tetapi karena ia memiliki komitmen yang luar biasa pada
visinya. Sesuatu yang mungkin sulit kita bayangkan sebelumnya.
Dalam konteks ini, Fred Smith, pendiri dan CEO Federal Express
Corporation, bahwa untuk bisa menjadi entrepreneur sukses, semestinya kita
juga memiliki kemampuan melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain.
Atau minimal melihat sesuatu dalam cara yang berbeda dari orang lain yang
melihatnya secara tradisional. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
22
Sebaiknya sebagai seorang entrepreneur, harus memiliki kemampuan
membuat visi masa depan. Disamping juga, kita harus mampu menggunakan
intuisi, bahkan kalau perlu kita pun juga sering membuat perubahan
“revolusioner”.
Dengan begitu, setidaknya kita memiliki kemampuan melihat masa depan
dengan lebih baik. Kita harus yakin, bahwa tahun-tahun ke depan akan
menjadi masa terbaik bagi para entrepreneur. Maka tak ada salahnya kalau
kita berani meraihnya.
Memulai Bisnis Baru
“Jika kita memang ingin memulai bisnis baru, maka semestinya
peluang pasarlah yang lebih kita jadikan pijakan”.
Setiap tahun telah cukup banyak orang yang masuk dunia bisnis. Mereka
umumnya melakukan tiga cara, yakni :
1. Membeli bisnis yang sudah ada
2. Menjadi partner dalam sebuah franchise, atau
3. Memulai bisnis baru.
Jika kita akan memulai bisnis baru, tentu kita harus bisa menjawab empat
pertanyaan ini :
1. Produk atau layanan apakah yang akan kita buat, dan itu untuksiapa?
2. Mengapa harus usaha itu? Mengapa calon customer harus membeli
dari kita? Apa yang akan kita berikan jika ternyata produk itu belum
ada? Bagaimana kompetisinya? Apa keuntungan yang akan kita
peroleh dari kompetisi itu?
3. Apakah kita mempunyai sumbernya? Apakah kita akan mendapat
order? Apakah order itu datang segera?
4. Siapa pasar kita? Lantas dari manakah ide untuk mulai bisnis baru itu
berasal?
Hasil sebuah survey di AS, yang tertuang dalam buku The Origins of
Entrepreneurship, memang disebutkan bahwa :
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
23
Saat Anda merasa tertekan. Saat Anda tidak dapat berbuat apa-apa dengan
ijazah Anda. Saat Anda kebingungan karena harus bayar kredit rumah. Atau
pada saat Anda merasa terhina.”
Memang ‘nasehat’ saya ini agak berbeda dengan kebanyakan orang.
Biasanya orang menyarankan, kalau mau usaha sebaiknya mengumpulkan
modal dulu, kemudian cari tempat dan seterusnya. Tetapi, banyak orang
sukses sebagai wirausahawan justru dimulai dari sebaliknya, hanya punya
semangat dan tidak punya apa-apa. Kondisi yang ada memaksa mereka
harus “bermimpi” tentang masa depannya, kemudian tertantang untuk
menggapainya, dan berusaha keras untuk mewujudkannya.
Anda tentu tahu atau paling tidak pernah mendengar nama Steve Jobs ?
Sebelumnya dia bukan siapa-siapa. Jobs hanyalah anak muda yang gemar
bercelana jeans belel dan berkantong kempes. Belakangan, dia membuat
Apple Computer di garasi rumahnya, dan mendirikan perusahaan yang masuk
Fortune 500 lebih cepat dari siapapun sepanjang sejarah.
Jobs adalah contoh orang yang berhasil dalam berwirausaha, justru bukan
karena kepandaiannya di bangku kuliah. Tapi, karena ia memiliki keberanian
dan keyakinan akan usaha yang digelutinya. Dia mampu bertindak
merealisasi gagasannya dengan meninggalkan lingkungan kuliah dan teman-
temannya yang suka berhura-hura.
Tapi, saya tidak menyarankan Anda untuk mengabaikan pendidikan.
Hanya saja, saya ingin mengatakan, bahwa untuk menjadi
wirausahawan terlebih dahulu dibutuhkan keberanian memulai
(bertindak), untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada. Hal
tersebut harus segera dilakukan, sebelum orang lain
mendahuluinya.
Kepandaian akademis akan diperlukan bila usaha kita sudah berjalan, dan itu
bisa kita dapatkan dengan mengikuti kuliah lagi, atau kita bisa membayar
orang-orang pandai sebagai karyawan atau konsultan.
Berani Dulu, Baru Trampil
“Saya bisanya hanya nggodhog wedang atau merebus air, tapi
akhirnya saya bisa juga punya restoran. Itu karena, saya
punya keberanian”. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
16
Saat saya berbicara pada kuliah kewirausahaan di Fakultas Ekonomi sebuah
universitas swasta di Yogyakarta, saya sempat ditanya para mahasiswa:
“Apakah seorang untuk menjadi pengusaha itu harus memiliki keterampilan
dulu ?”
Saya rasa, ini pertanyaan bagus. Pertanyaan yang sama pernah juga hinggap
di benak saya, yaitu saat saya baru memulai menjadi pengusaha. Saat
pertanyaan ini saya balikkan pada mereka, teryata sebagian besar mahasiswa
mengatakan: “Perlu terampil dulu, baru berani memulai usaha.”
Saya rasa jawaban mereka tidak bisa disalahkan. Mereka cenderung
menggunakan otak rasional. Padahal untuk menjadi pengusaha,
kita harus ‘berani’ dulu memulai usaha, baru setelah itu memiliki
keterampilan. Bukan sebaliknya, terampil dulu, baru berani
memulai usaha.
Sebab, saya melihat di Indonesia, ini sebenarnya banyak sekali
pengangguran yang tidak sedikit memiliki keterampilan tertentu. Namun,
mereka tidak punya keberanian memulai usaha. Akibatnya, keterampilan
yang dimiliki apakah itu yang diperolehnya saat sekolah atau bekerja
sebelumnya, akhirnya banyak yang tidak dimanfaatkan. Itu ‘kan sayang
sekali.
Seperti yang saya alami sendiri, saat membuka usaha Restoran Padang
Sari Raja. Saya katakan pada mereka, bahwa terus terang saya tidak bisa
membuat masakan padang yang enak. Saya penikmat masakan padang. Tapi
saya tidak tahu bumbunya apa saja yan membuat masakan tersebut enak.
Saya katakan pada mereka: “Saya bisanya hanya nggodhog wedang atau
merebus air”. Itu artinya apa? Saya bisa punya usaha restoran, karena saya
punya keberanian.
Begitu juga, saat saya dulu membuka usaha Bimbingan Belajar
Primagama. Saya belum pernah mengajar atau menjadi tentor di tempat
lain. Bahkan saya belum pernah menjadi karyawan di perusahaan orang lain.
Namun, saya memberanikan diri untuk membuka usaha tersebut. Sebab,
saya berpendapat, kalau kita tidak punya keterampilan, maka banyak orang
lain yang terampil di bidangnya bisa menjadi mitra usaha kita.
Karena itu bagi saya, yang terpenting adalah keberanian dulu membuka
usaha. Apapun jenisnya, apapun namanya. Sebab, sesungguhnya, untuk CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
17
menjadi pengusaha, keterampilan bukan segala-galanya. Tetapi keberanian
memulai usaha itulah yang harus kita miliki terlebih dahulu.
Banyak contoh, orang yang sukses menjadi manajer, tapi ternyata belum
tentu sukses sebagai entrepreneur. Sebaliknya, seseorang yang di awal
memulai usaha dengan tidak memiliki keterampilan manajerial, tetapi ia
memiliki keberanian memulai usaha, banyak yang ternyata berhasil.
Orang jenis terakhir ini selain memiliki keberanian, juga mau
mengembangkan jiwa entrepreneur. Oleh karena itulah saya kira, jiwa
entrepreneur, harus kita bangun atau kita bentuk sejak awal.
Kaya Ide, Miskin Keberanian
“Kita harus ada keberanian untuk jatuh – bangun”.
Ada sebuah pertanyaan menarik dari seorang Ibu, peserta “Entrepreneur
University” angkatan ketiga saat mengikuti kuliah perdana pekan lalu yang
mengatakan :
“Saya begitu banyak sekali ide bisnis, tapi nyatanya tak ada satu pun ide
bisnis itu terealisir. Akibabnya, saya hanya sekadar kaya ide, tapi bisnis tak
ada”.
Saya kira, pernyataan atau kejadian seperti itu tak hanya dialami oleh ibu
tadi, tapi juga cukup banyak dialami oleh kita semua, bahwa yang namanya
ide bisnis itu ada-ada saja. Tapi, yah hanya sekadar ide bisnis, sementara
bisnisnya nol atau tak terwujud sama sekali. Terkadang ide yang tidak kita
realisir justru sudah dicoba lebih dulu oleh orang lain.
Dalam konteks ini, sebenarnya untuk membuat bisnis memang dibutuhkan
ide. Hanya saja, karena kita hanya kaya ide, namun miskin keberanian untuk
mencobanya, maka yang berkembang adalah idenya, sedang bisnisnya nol.
Miskinnya keberanian itu bermula ketika kita mendapat pendidikan di sekolah
atau di bangku kuliah, yang kita dapat hanyalah teori semata. Jadi, kita
terlalu banyak berteori, tapi miskin praktek. Akibatnya, ketika kita kaya ide,
miskin keberanian. Artinya, kalau kita hanya menguasai teori, namun kalau
tidak bisa dipraktekkan, maka ide bisnis sehebat apapun akan sulit jadi
kenyataan. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
18
Yah, seperti halnya, kita belajar setir mobil. Kalau kita hanya tahu teorinya,
tapi tak pernah mencoba atau mempraktekkannya, tentu tetap tidak bisa
setir mobil.
Jadi, persoalannya adalah terletak pada, bagaimana kita yang semula hanya
kaya teori atau hanya sekadar bermain logika atau istilah lainnya hanya
mengandalkan otak kiri, kemudian bisa berpikir atau bertindak dengan otak
kanan.
Jika kita mampu juga menggunakan otak kanan, maka seperti pada saat kita
setir mobil. Serba otomatis, tidak lagi harus dipikir, semua sudah di bawah
sadar kita. Kalau pun, di saat kita praktek setir mobil atau mempraktekkan
teori kita itu, terjadi berbagai kendala, seperti: di saat kita memasukkan
mobil ke garasi, mobil kita sedikit rusak karena nyenggol pagar misalnya,
saya kira nggak masalah.
Begitu juga, ketika kita kecil belajar bersepeda, mengalami jatuh beberapa
kali, itu sudah biasa. Tapi, akhirnya, bisa juga kita naik sepeda. Artinya, kita
baru bisa naik sepeda setelah pernah mengalami jatuh beberapa kali.
Di dunia bisnis juga sama. Kita harus ada keberanian untuk jatuh dan
bangun. Sebaliknya, kalau tidak ada keberanian seperti itu, bisnis sekecil
apapun tak akan ada. Dan, kalau kita biarkan ide bisnis itu, akibatnya kita
hanya kaya ide bisnis, tapi miskin duitnya. Dengan keberanian itulah akan
mendatangkan duit. Oleh karena itulah :
“Lebih baik kita berani mencoba dan gagal dari pada tidak mencoba
sama sekali”.
Anda berani mencoba?
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
19
Peluang Bisnis Di Sekitar
Sebenarnya di sekitar kita ini banyak sekali macam bisnis yang bisa diraih.
Hanya saja, kita harus betul-betul memahami kebutuhan masyarakat
konsumen. Sebagai contoh, di beberapa kota di Amerika Serikat, sudah
banyak bisnis yang dikembangkan dari ide-ide sederhana seperti bisnis
membangunkan orang tidur (morning call).
Aneh, tapi itu nyata. Tentu, pengguna jasa ini harus menjadi member
terlebih dahulu dengan membayar annual fee dalam jumlah tertentu. Ada
juga bisnis yang di sini masih langka dan belum memasyarakat, yakni bisnis
menyewakan pakaian dan perlengkapan bayi.
Barangkali sekarang ini belum banyak yang kita temukan. Namun, jika kita
kreatif, akan mampu melihat peluang bisnis sebanyak-banyaknya dan mampu
menangkap satu atau dua di antaranya. Pendek kata, peluang bisnis tidak
akan pernah ada habisnya, selama minat manusia masih menjalankan hajat
hidupnya di dunia ini.
Dimana saja sebenarnya peluang bisnis disekitar kita? Misalnya, Saat ldul Fitri
yang membawa tradisi kirim mengirim parcel dan buah tangan lainnya, walau
itu sifatnya musiman, namun saya melihat itu adalah peluang bisnis. Awalnya
musiman, tetapi bila dikembangkan dan ditekuni dapat dijadikan bisnis
permanen bersama berkembangnya kehidupan sosial masyarakat.
Keterampilan tertentu juga bisa dijadikan peluang bisnis. Terampil dibidang
elektronika misalnya, bisa membuka bisnis reparasi dan maintenance alat-alat
elektronik. Ahli di bidang komputer bisa membuka bisnis software dan
hardware. Terampil di mesin, bisa memulai bisnis dari servis motor atau
mobil.
Atau barangkali, punya kreativitas yang berciri khas dan unik, kita bisa
merintis bisnis kreatif, seperti Kaos Dagadu itu. Bahwa produk ini akhirnya
jadi souvenir khas Yogya, itu sebagai bukti bahwa kreativitas bisa jadi
peluang bisnis yang menarik untuk digeluti. Maka, tidak ada salahnya, jika
kita juga mencoba mengembangkan kreativitas yang tidak lazim dan unik,
agar bisa dijadikan peluang bisnis.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
20
Tingkat pendidikan kita juga bisa menjadi peluang bisnis dengan
pengembangan profesi. Misal sarjana matematika membuka kursus
matematika. Sarjana Sastra lnggris memulai usaha dengan membuka
kursus bahasa lnggris. Peluang bisnis juga ada dilingkungan keluarga. Bisa
dimulai dengan berbisnis makanan atau katering dan keluarga bisa diajak
serta, dan bisnis ini bisa dikelola dari rumah.
Peluang itu juga terdapat di lingkungan pekerjaan, organisasi dan tetangga.
Tentu saja, di lingkungan itu kita banyak teman. Maka, jika punya produk
tertentu, bisa saja kita jual produk tersebut kepada mereka.
Bahkan relasi kita pun bisa juga jadi peluang bisnis. Misalnya, bisa pinjam
uang pada relasi untuk modal usaha. Produk yang dihasilkan, selain bisa
dijual pada orang lain, juga pada relasi kita itu. Dengan begitu, kita tak hanya
jeli mencari peluang bisnis, tapi juga mampu menciptakan Pasar.
Begitu pula, jika punya hobi. Misalnya melukis, bisa jadi pelukis, dan lukisan
itu bisa dijual digaleri. Bagi yang hobi senam aerobik atau body Ianguange,
bisa berwirausaha buka studio senam.
Bahkan, peluang bisnis itu juga bisa diraih saat kita melakukan perjalanan ke
luar kota. lde bisnis bisa muncul setelah kita melihat bisnis di kota lain, dan
itu bisa dikembangkan di kota sendiri. Hanya saja, agar bisnis yang akan
dijalankan tidak sia-sia, ada baiknya pastikan dulu pasarnya.
Tapi, tentu, peluang bisnis itu hanya bisa diraih, jika kita jeli dan gigih. Ingat
pepatah yang mengatakan: “Tidak ada usaha, tidak ada hasil”.
Oleh karena itu, sebaiknya jangan ragu di dalam setiap meraih peluang bisnis
yang ada di sekitar kita. Soal besar kecilnya peluang jangan jadi masalah.
Tangkap dulu peluang yang ada. Dan, jangan khawatir, peluang bisnis yang
berikutnya pasti akan mengikuti. Bisnis itu selalu mengalir, seperti bola salju,
dimulai dari yang kecil lalu menggumpal menjadi besar .
Bukan Melulu Karena Uang
“Kesukses bisnis kita bukan semata-mata uang, tapi visi.
Karena itu, visi masa depan harus kita miliki”.
Tidak sedikit obsesi entrepreneur dalam menekuni bisnisnya, bukan CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
21
semata karena uang. Banyak dari mereka yang maju karena visi, yaitu ingin
menciptakan lapangan pekerjaan, dan dari usahanya itu mempunyai dampak
sosial bagi kesejahteraan masyarakat.
Dan, karena visinya seperti itu, maka dengan berhasil menciptakan lapangan
kerja, atau usahanya memiliki dampak sosial yang positif, maka hal itu pun
sudah merupakan sesuatu yang sangat memuaskan dirinya.
Bahkan, dengan memiliki visi itu, maka kalaupun usaha yang kita jalankan
tidak untung, tetapi tetap jalan, maka hal tersebut bukanlah merupakan
permasalahan yang amat penting.
Selama ini saya jarang melihat, ada entrepreneur yang mencapai puncak
prestasinya, dengan cara lebih menempatkan uang sebagai penggerak
utamanya. Tapi saya berpendapat, keberhasilannya karena ia memang lebih
punya kemampuan menggerakkan visinya. Sehingga, sosok entrepreneur
seperti ini, selalu saja punya keinginan merubah cara kerja dunia.
Mereka selalu kreatif dan inovatif, mereka menikmati apa yang dilakukannya.
Pendeknya, visi itulah yang sebenarnya menggerakkan entrepreneur
melakukan sesuatuyang akhirnya usahanya meraih kesuksesan. Hanya saja,
untuk bisa menjadi entrepreneur yang baik, maka perlu memiliki kebebasan
untuk mengejar visi-visi tersebut. sebaliknya, jika tak dapat melakukannya,
maka kita tidak akan pernah memperoleh keuntungan dari hal tersebut.
Pengusaha yang bisa kita jadikan contoh memiliki visi yang luar biasa adalah
Bill Gates pendiri perusahaan komputer perangkat lunak terbesar di dunia,
Microsoft Corp, yang baru-baru ini meraih gelar Doctor (HC) di sebuah
universitas di Jepang. Pengusaha ini termasuk orang tersukses pada akhir
abad ke-20 dalam kategori bisnis.
Namun, dari apa yang saya pahami, keberhasilannya itu karena ia memiliki
visi dan komitmen untuk sukses, dan ternyata Bill Gates sangat
menikmatinya. Jelas, bahwa kesuksesannya nyata-nyata bukan semata-mata
karena soal uang, tetapi karena ia memiliki komitmen yang luar biasa pada
visinya. Sesuatu yang mungkin sulit kita bayangkan sebelumnya.
Dalam konteks ini, Fred Smith, pendiri dan CEO Federal Express
Corporation, bahwa untuk bisa menjadi entrepreneur sukses, semestinya kita
juga memiliki kemampuan melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain.
Atau minimal melihat sesuatu dalam cara yang berbeda dari orang lain yang
melihatnya secara tradisional. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
22
Sebaiknya sebagai seorang entrepreneur, harus memiliki kemampuan
membuat visi masa depan. Disamping juga, kita harus mampu menggunakan
intuisi, bahkan kalau perlu kita pun juga sering membuat perubahan
“revolusioner”.
Dengan begitu, setidaknya kita memiliki kemampuan melihat masa depan
dengan lebih baik. Kita harus yakin, bahwa tahun-tahun ke depan akan
menjadi masa terbaik bagi para entrepreneur. Maka tak ada salahnya kalau
kita berani meraihnya.
Memulai Bisnis Baru
“Jika kita memang ingin memulai bisnis baru, maka semestinya
peluang pasarlah yang lebih kita jadikan pijakan”.
Setiap tahun telah cukup banyak orang yang masuk dunia bisnis. Mereka
umumnya melakukan tiga cara, yakni :
1. Membeli bisnis yang sudah ada
2. Menjadi partner dalam sebuah franchise, atau
3. Memulai bisnis baru.
Jika kita akan memulai bisnis baru, tentu kita harus bisa menjawab empat
pertanyaan ini :
1. Produk atau layanan apakah yang akan kita buat, dan itu untuksiapa?
2. Mengapa harus usaha itu? Mengapa calon customer harus membeli
dari kita? Apa yang akan kita berikan jika ternyata produk itu belum
ada? Bagaimana kompetisinya? Apa keuntungan yang akan kita
peroleh dari kompetisi itu?
3. Apakah kita mempunyai sumbernya? Apakah kita akan mendapat
order? Apakah order itu datang segera?
4. Siapa pasar kita? Lantas dari manakah ide untuk mulai bisnis baru itu
berasal?
Hasil sebuah survey di AS, yang tertuang dalam buku The Origins of
Entrepreneurship, memang disebutkan bahwa :
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
23

0 komentar:

Posting Komentar

Dapatkan Uang Lotre $10.000 Hanya Dengan Mengklik Banner di Bawah,Serta free Login Register.Get $10000 Only By Clickling This Banner.