BE POSITIF AND LET'S ACTION

CARA GILA JADI PENGUSAHA 6

Keberhasilan bisnis kita akan lebih sukses karena tindakan dan keputusan
strategis yang diambil oleh entrepreneur leader. Sebab, dalam
kepemimpinannya mereka lebih menekankan pada hubungan manusiawi,
sehingga orang-orang di bawahnya lebih termotivasi dan lebih mampu
menggunakan pemikiran dan wawasan kreatifnya.
Sebaliknya, boss tidak mampu menumbuhkan sikap semacam itu. Maka,
jadilah entrepreneur leader.
Pemimpin Bukan Manager
“Pemimpin itu selalu berpikir meloncat-loncat dan sering
membingungkan bawahannya”.
Melakukan hal-hal yang benar (doing the right things), berani menghadapi
resiko dan memiliki motivasi untuk selalu nomor satu. Ide-ide bisnisnya
orisinal, dan menaruh mata ke masa depan serta memiliki perspektif jauh ke
depan penuh kepercayaan diri. Itu salah satu profil seorang pemimpin.
Walaupun banyak yang menganggap pemimpin itu menyukai segala bentuk
macam tantangan, karena rasa optimis yang selalu dimilikinya. Cukup
menarik buat saya. Sebab pemimpin bukan hanya mampu menggerakan
orang lain, melainkan juga berani mengambil pola pikir yang tidak populer
sekalipun, mampu memberikan solusi, dan memiliki semangat untuk menjadi
yang selalu terdepan.
Teliti punya teliti, ternyata dalam menjalankan bisnis saat ini maupun masa
datang, memang seharusnya memiliki manager leader, manager yang punya
jiwa pemimpin.
Mengapa ?
Sebabnya adalah persaingan yang serba kompetitif, situasi bisnis yang
kompleks dan sulit diramalkan keberlangsungannya, sehingga sangat
dibutuhkan sosok manager seperti itu. Kalau tidak, kita akan kalah bersaing.
Akibatnya, bisnis kita yang kita jalankan akan sulit maju.
Ada pendapat pakar manajemen yang mengatakan, kalau pemimpin itu selalu
melakukan hal-hal yang benar, sementara manager hanya mampu
melakukan hal-hal dengan benar (doing the things right). Dimana, seorang
pemimpin di dalam melakukan hal-hal yang benar tidak terlalu CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
52
memperdulikan caranya. Itu tak terlalu penting baginya. Sebab, bagi seorang
pemimpin, hal-hal yang menyangkut urusan pelaksanaan idenya itu adalah
tugas manager.
Pemimpin selalu berpikir loncat-loncat, dan jangkauannya
seringkali panjang, bisa membingungkan bawahan untuk
mengikutinya.
Lain halnya dengan manager. Jangkauan ide atau gagasannya pendek, dan
wawasannya relatif kering. Kewajibannya adalah bagaimana melakukan
tugasnya dengan benar. Manager baru jalan setelah ada planning dulu,
sudah ada program kerja atau prototype-nya.
Wajar kalau ada yang berpendapat bahwa pada dasarnya Manager itu
tiruan, sementara pemimpin adalah orisinal. Itu mengingatkan, ide atau
gagasan seorang pemimpin tidak pakai planning. Responsibilitasnya memang
tidak setiap saat muncul. Bila ternyata ide-ide bisnisnya yang dijalankannya
itu nanti benar atau salah, urusan belakangan. Baginya yang terpenting telah
menemukan ide bisnis yang cemerlang.
Kita bisa juga lihat, bahwa manager dalam rangka mempertahankan proses
atau kontinuitas kerjanya cenderung menerima status quo. Statusnya ingin
aman-aman saja. Bahkan, kalau perlu menghindar dari resiko. Tapi
sebaliknya dengan pemimpin. Ia justru menentang status quo, dan lebih
berani menghadapi resiko.
Perbedaan lainnya, adalah seorang manager itu suka bertanya, bagaimana
dan kapan terhadap sesuatu hal. Sedangkan, pemimpin lebih suka bertanya,
apa dan mengapa. Selain itu, pemimpin lebih terkesan ingin menjadi
pribadinya sendiri, dan menguasai lingkungannya. Sementara, manager
adalah “tentara baik” yang klasik, dan menyerah kepada lingkungan.
Manager dalam menjalankan aktivitasnya juga sangat bergantung pada
pengawasan. Dia ingin selalu mengelola dan mempertahankan bisnis yang
sudah ada, serta lebih berfokus kepada sistem dan struktur.
Sementara, pemimpin lebih merupakan sosok yang justru mampu
membangkitkan kepercayaan bawahanya atau relasinya. Itu sebabnya,
mengapa fokus seorang pemimpin lebih kepada orang, dan bukan kepada
sistem atau struktur.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
53
Oleh karena itu, jika kita sekarang berada pada posisi manager, sebaiknya
tidak menafikan atau menghilangkan nuansa-nuansa atau jiwa
kepemimpinan. Agar segala keputusan yang diambil tidak kering, lebih
tenang dalam menjalankan bisnis, mampu mengantisipasi hal-hal yang tak
pasti, energik, antusias, memiliki integritas, tegas tapi adil, visi bisnisnya lebih
jelas, dan mampu memproyeksikan bisnis ke-masa depan.
“Dan”
Kita akan menjadi tangguh dan terdepan dalam prestasi, jika
kita bisa bersinergi
Siapa yang tak kenal dengan kelompok musik anak muda dari Jogja, Sheila
on 7 ?
Tentu, anda semua pernah mendengarkan lagu hitsnya yang berjudul
“DAN”. Konon, album pertamanya itu terjual lebih dari 1 juta keping. Kita
tentu, bangga dengan kesuksesan mereka.
Judul lagu “Dan” itu cukup menarik buat saya. Namun, “Dan” dalam
tulisan saya ini artinya sinergi. Sebab, yang saya ungkap kali ini
bukanlah asyiknya mendengarkan lagu “Dan”, namun bagaimana pentingnya
sebuah sinergi dalam dunia bisnis.
Kita yakin, kita bisa menjadi entrepreneur tangguh atau terdepan, bila kita
bisa bersinergi. Bekerjasama dengan pihak lain, demi kesuksesan bisnis kita.
Mungkin Anda bertanya, apa benar bersinergi itu menguntungkan kita ?
Sebab, tak sedikit kasus yang menunjukan bahwa bersinergi dengan orang
lain justru membuat bisnis kita sulit berkembang. Saya sudah menduga, pasti
pertanyaan Anda seperti itu.
Memang, tak selamanya bersinergi itu negatif. Tapi bisa sebaliknya,
bersinergi membuat bisnis kita maju dan kita mampu memanfaatkan peluang
bisnis. Konsep bisnis kita menjadi briliant, selama sinergi yang saya maksud
itu positif.
Teliti punya teliti, ternyata memang sinergi itu bisa negatif dan bisa positif.
Untuk kita menjadi terbaik, tentu kita harus mencari rekan bisnis yang positif.
Ini menunjukan, bahwa kita akan memiliki kekuatan potensi kuat dan mampu
meyakinkan prospek bisnis kita. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
54
Dengan sinergi positif kita akan memiliki pemikiran jauh kedepan penuh
percaya diri, sehingga mampu mengantisipasi hal-hal yang tidak pasti.
Apalagi, dalam era global, dunia bisnis berputar cepat, terkadang tidak
rasional, tidak pasti, sehingga menghadapi hal itu kita memang harus
memiliki sinergi atau kekuatan kerjasama yang sangat tinggi.
Hal itu akan menjadikan kita menjadi entrepreneur yang selalu optimis atau
memiliki sense of optimism yang tinggi. Tapi juga bisa sebaliknya, bila
sinergi itu negatif, maka bisnis apapun yang kita jalankan tidak akan berhasil.
Keyakinan saya pun bertambah dengan pengalaman ini. Saya pernah diajak
bisnis pom bensin dengan teman pengusaha. Tapi setelah lewat proses
panjang, ternyata sulit terealisir. Saat itu saya belum yakin, apakah karena
itu sinerginya negative ?
Empat tahun kemudian saya ketemu lagi sama teman pengusaha tadi, yang
kini buka bisnis komputer. Dia mengajak saya lagi bisnis showroom atau jual
beli komputer. Rupanya, saya dan teman saya itu sama-sama belum percaya
bahwa sinergi kami negatif. Kami coba lagi, tapi gagal. Bisnis itu sampai kini
belum terealisir juga.
Contoh lain, artis Camelia Malik. Saat dia bersuami Reynold, pasangan ini
tidak cocok dan tidak dikaruniai anak. Tapi, setelah berpisah dan mereka
menemukan pasangan masingmasing, ternyata cocok dan dikaruniai anak.
Jadi ada sinergi positif.
Begitu juga hubungan sinergi antara owner dengan eksekutif. Bisa positif,
juga negatif. Namun, bagi kita yang percaya pada sinergi, jumlah satu
ditambah satu bunkan hanya dua. Bisa sepuluh, seratus, bahkan seribu.
Saya sendiri tidak meragukan hal ini. Tapi setidaknya, dengan kita memiliki
kecerdasan emosi optimal dan intuisi yang tajam, kita akan semakin pintar
memilih rekan bisnis yang bersinergi positif. Dan, tidak mustahil,
entrepreneur yang memiliki kemampuan tersebut akan sangat
menguntungkan bagi bisnis maupun kehidupannya.
Egaliter Itu Perlu
Emosi kita akan semakin cerdas, bila kita mau mengedepankan
hubungan yang humanis dan harmonis. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
55
Teori kepemimpinan berdasarkan gen mengungkapkan, bahwa pada
dasarnya setiap orang itu sama. Begitu pula halnya, di dalam mendambakan
perhatian positif. Saya melihat salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu
adalah jika kita berhasil menerapkan hubungan yang lebih mengedepankan
aspek hunanis dan harmonis dalam komunikasi antar level struktural atau
yang lebih dikenal dengan hubungan egaliter.
Hubungan semacam ini segi manfaatnya sangat besar, bila kita benar-benar
berhasil menerapkannya di perusahaan kita masing-masing. Hanya saja,
hubungan ini akan berjalan bila diawali dari pimpinannya.
Kita sebagai seorang wirausahawan atau entrepreneur yang juga adalah
seorang pemimpin, memang perlu memberikan suri tuladan terlebih dahulu
akan pentingnya hubungan egaliter ini pada lingkungan kerja kita, pada staf
kita. Sebab, hubungan egaliter itu akan membuat kita semakin paham pada
suatu bentuk komunikasi yang transparan dan jujur.
Begitu halnya dalam hubungan intra-personal. Dimana, hubungan antara
pemimpin dengan staf tak ada lagi jarak yang tajam. Namun, sikap saling
menghormati tetap terjaga.
Dampak positif lain dari hubungan egaliter itu adalah kita akan lebih dapat
meningkatkan kecerdasan emosional kita. Terutama pada hal yang berkaitan
dengan soal membina hubungan dengan orang lain, dan mengenali emosi
orang lain. Dengan begitu, kita akan lebih mudah menyeleraskan diri
(harmonizing) dengan orang lain.
Itu penting kaitannya dengan bisnis. Sebab, hubungan semacam ini akan
memungkinkan kita lebih memiliki rasa percaya diri yang kuat. Segala ide,
pemikiran dan gagasan bisnis kita juga akan semakin baik. Sehingga hal itu,
tidak mustahil akan membuat kita cenderung lebih kreatif, dan akhirnya kita
akan lebih produktif.
Begitupula halnya dengan semangat kita di dalam berwirausaha juga akan
semakin bergairah. Dan, sukses akan lebih mudah tercapai. Dengan begitu,
hubungan pimpinan dengan staf tidak harus melewati dulu birokrasi yang
berbelit-belit. Ruang kerja bisa kita buat sedemikian rupa, kalau perlu
terbuka, sehingga komunikasi dua arah (two way traffic communication)
antara pimpinan dengan staf akan lebih mudah tercipta.
Kita tentu mengerti, bahwa pimpinan dalam mengembangkan bisnisnya tak
bisa sendiri. Membutuhkan bantuan staf. Maka, sebaiknya, kita sebagai CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
56
seorang entrepreneur tak perlu ragu lagi menerapkan hubungan harmonis
semacam itu. Apalagi di saat sekarang ini, jelas tak hanya menuntut kita
piawai atau jeli di dalam melihat dan meraih peluang bisnis, tapi, kita juga
harus pintar pula menerapkan bentuk hubungan kerja yang harmonis. Tim
kerja di perusahaan kita akan semakin kompak dan solid.
Hubungan egaliter itu, juga perlu karena hubungan ini akan lebih
mengkondisikan kita untuk mau mendengarkan pendapat orang lain.
Keterpercayaan diri kita maupun staf juga kan tumbuh. Padahal kita tahu
bahwa keterpercayaan itu adalah faktor paling penting di balik setiap
tindakan kreatif.
Namun, kultur ini tak ada korelasinya bahwa yang pantas menerapkannya
adalah harus mereka yang memiliki intelektualitas tinggi. Justru yang
terpenting adalah bagaimana kita bisa memimpin. Memimpin adalah suatu
yang berkaitan dengan mengelola orang-orang yang pintar. Namun, itu
bukan berarti kita harus menjadi orang paling pintar atau profesional.
Memang, entrepreneur itu harus didampingi profesional, agar bisnisnya lebih
berkembang. Sebab cara berpikirnya seringkali meloncat-loncat. Sementara,
seorang profesional pemikirannya cenderung yang lurus-lurus atau yang
aman-aman. Maka cukup riskan, bila dia lantas mencoba menjalankan
bisnisnya seorang diri alias one man show.
Kualitas manajemennya akan kurang baik. Maka, seorang entrepreneur dan
professional harus memiliki hubungan yang harmonis. Apalagi dalam waktu
dekat ini kita akan memasuki millenium ketiga yang kemungkinan besar
bisnis kita cenderung akan penuh dengan hyper-competition, suatu
persaingan yang sangat ketat. Maka, tanpa ada hubungan seperti itu di
lingkungan kerja atau perusahaan kita, maka tentu saja target bisnis kita
akan sulit tercapai.
Oleh karena itu, tak ada salahnya bila kita berani mencoba menerapkan
hubungan egaliter ketimbang hubungan yang terlalu mengedepankan jarak
atau gap antara pimpinan dan staf. Sebab, hubungan seperti ini akan
membuat suasana kerja menjadi tidak kondusif atau tidak enjoy. Kreativitas
juga bisa mandeg dan prestasi kerja pun akan menurun. Itu sebabnya,
mengapa hubungan egaliter itu perlu.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
57
Jadi Pemimpin atau Bawahan
Hanya dua pilihan bagi kita: menyerah saja jadi bawahan,
atau mau terus berusaha menjadi pemimpin.
Jika setiap saat kita selalu menanyakan “Apa hak-hak saya ?”, itu artinya kita
termasuk golongan bawahan. sedangkan, jika kita lebih suka bertanya “Apa
tanggung jawab saya ?”, itu berarti termasuk golongan pemimpin. Wajar
saja, mestinya memang demikian.
Selain itu, seorang bawahan biasanya orang yang bekerja lebih terdorong
oleh emosinya. Sementara, seorang pemimpin, bekerja atau berbisnis lebih
karena terdorong oleh karakternya.
Saya juga melihat, bahwa seorang bawahan itu akan merasakan senang,
baru kemudian dia melakukan pekerjaan atau tugasnya dengan benar. Itu
lain dengan pemimpin. Dia akan selalu berusaha melakukan segala
pekerjaannya dengan benar, kemudian dia kan merasa senang dengan
prestasi kerjanya itu.
Pendeknya, bawahan itu bekerja atau melaksanakan tugas karena terdorong
oleh kesenangan, dan bukan terdorong oleh komitmen seperti biasa
dilakukan oleh seorang pemimpin.
Perbedaan lain yang cukup menonjol antar keduanya, menurut pakar
leadership, Jhon C. Maxwell, yaitu seorang bawahan itu sukanya selalu
menunggu momentum, barulah dia mau bergerak. Sikapnya lebih
mengendalikan tindakan, dan berhenti ketika masalah timbul.
Sementara, kalau kita sebagai pemimpin, maka kita akan lebih cenderung
menciptakan momentum. Sedang, tindakannya lebih mengendalikan
sikapnya, dan seorang pemimpin justru akan meneruskan usahanya ketika
masalah timbul.
Memang benar seorang bawahan itu jika membuat keputusan selalu
berdasarkan popularitas. Berbeda dengan pemimpin yang setiap membuat
keputusan apapun, termasuk dalam bisnisnya, adalah lebih berdasarkan pada
prinsip dan bukan pada popularitas. Sehingga, tidak mengherankan kalau
seorang pemimpin itu tidak suka bersikap murung dalam menggeluti
bisnisnya. Sebaliknya, dia akan selalu mantap menekuni bisnisnya.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
58
Karena itu saya berpendapat, di saat sekarang ini kita lebih baik
menjadi ikan besar di kolam kecil daripada harus menjadi ikan kecil
di kolam besar. Artinya, kita lebih baik menjadi pemimpin,
walaupun bisnis kita kecil dan anak buah kita sedikit, daripada kita
harus ikut orang lain sekalipun bisnisnya sudah besar.
Memang, menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Tapi yakin saja, sebab
kita masing-masing memiliki kapasitas kepemimpinan. Jika kita bekerja pada
perusahaan besar sebagai bawahan, tentu kita tidak bisa berbuat banyak,
atau tidak bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan. Naiknya karier kita pun
jelas membutuhkan waktu yang lama.
Tapi lain halnya, kalau kita bekerja pada perusahaan yang masih kecil, maka
peluang untuk mengembangkan bisnis lebih besar. Sehingga, karier kita pun
akan cepat berkembang pula. Kita jadi punya andil untuk mengembangkan
usaha menjadi besar, dan akhirnya kita akan lebih cepat jadi pemimpin
perusahaan.
Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak akan membuat kita berhenti
bekerja, kalau kita punya jiwa kepemimpinan. Tapi sebaliknya, kalau kita
terus menerus menjadi bawahan, akibatnya kita tidak punya keberanian jadi
pemimpin. Kita juga tidakakan memiliki keberanian untuk mencoba punya
bisnis sendiri.
Akhirnya sekarang, kita hanya mempunyai dua pilihan: kita menyerah saja
menjadi bawahan atau kita tetap berusaha untuk menjadi seorang pemimpin.
Manager Berjiwa Entrepreneur
Manager berjiwa entrepreneur bisa jadi akan menjadi
entrepreneur sejati
Memajukan perusahaan, saya kira, itu bukan hal yang mustahil. Asal kita
mau berusaha mewujudkan keinginan tersebut. Diantaranya, perusahaan
yang kita geluti sekarang ini harus diusahakan memiliki manager yang benar-
benar berjiwa entrepreneur.
Itu sangat penting. Sebab, jika tidak, akan berakibat pada perusahaan atau
bisnis kita sendiri, yakni akan berada pada posisi stabil atau status quo.
Kondisinya hanya begitu-begitu saja.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
59
Tapi lain halnya, kalau perusahaan kita itu memiliki manager yang berjiwa
entrepreneur, maka bisnis yang kita jalankan akan lebih berpeluang cepat
berkembang. Dan, kita juga akan lebih siap menghadapi persaingan bisnis
yang ketat di era globalisasi.
Selain itu, manager berjiwa entrepreneur akan membuat perusahaan kita
lebih kreatif dan inovatif. Sebab, bisnis yang sudah mencapai titik optimum
itu biasanya jika tidak disentuh dengan manajer berjiwa entrepreneur, akan
mengalami kondisi yang menurun.
Jika suatu perusahaan itu memiliki manager yang berjiwa entrepreneur, juga
akan selalu siap menghadapi setiap perubahan dalam bisnis. Dan, perubahan
tersebut bagi manager berjiwa entrepreneur, adalah bagian dari
pekerjaannya. Sedang, resiko yang timbul pun juga bagian dari
pekerjaannya.
Persis seperti yang dikatakan oleh William Ahmanson, bahwa dalam bisnis
itu, tidak ada jalan lurus yang dapat ditempuh dari satu tempat ke tempat
lain.
Maka, dalam konteks inilah, saya melihat, bahwa bisnis itu memang ada tiga
komponen, yakni meliputi:
1. Investor (orang yang mencari resiko),
2. Entrepreneur(orang yang mengambil resiko), dan
3. Manager (orang yang menghindar resiko).
Dan, dalam keadaan kondisi bisnis yang baik, jiwa entrepreneur menjadi hal
penting. Apalagi di saat kita harus menghadapi krisis ekonomi, tentu saja
akan lebih penting lagi.
Karena itu, kita bisa melihat, bagaimana orang-orang Barat yang bergerak di
dunia usaha juga terus melakukan pengembangan bentuk-bentuk intuisi,
yang saya tahu itu sangat banyak membantu dalam pengembangan
usahanya. Itu juga pertanda, bahwa dia memiliki jiwa entrepreneur.
Adapun ciri-ciri manager yang berjiwa entrepreneur memang tidak hanya itu.
Menurut J.A Schunpeter dalam bukunya “The Entrepreneur as Inovator”,
manager yang berjiwa entrepreneur juga merupakan sosok yang berambisi
tinggi di dalam mengembangkan bisnisnya, energik, percaya diri, kreatif, dan
inovatif, senang dan pandai bergaul, berpandangan ke depan, bersifat
fleksibel, berani terhadap resiko, senang mendiri dan bebas, banyak inisiatif CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
60
dan bertanggung jawab, optimistik, memandang kegagalan sebagai
pengalaman yang berharga (positif), selalu berorientasi pada keuntungan,
dan gemar berkompetisi.
Berbeda dengan manager yang tidak berjiwa entrepreneur. Maka, dia akan
cenderung berpikir sangat rasional, suka kemapanan, dan tidak
menginginkan adanya perubahan. Kerap kali terjadi seorang manager akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti gaya berpikir seorang entrepreneur.
Dia juga akan kesulitan mengikuti setiap langkah-langkah bisnis
entrepreneur.
Hanya saja, seorang manager yang memiliki jiwa entrepreneur itu bisa jadi
akan menjadi entrepreneur sejati. Dan, sebaiknya manager perusahaan kita
yang berjiwa entrepreneur itu, kita beri lagi sebuah tantangan yang lebih
besar, misalnya mengelola unit usaha kita yang lain. Atau, bisa juga dia
keluar dari perusahaan kita. Lantas berbekal jiwa entrepreneur yang
dimilikinya, dia memberanikan diri mendirikan perusahaan sendiri. Itu lebih
baik. Sebab tindakanya akan membantu mencitakan lapangan kerja.
Entrepreneur-entrepreneur baru juga akan semakin sering bermunculan.
Memang, pada akhirnya bisa saja dia akan menjadi pesaing kita sendiri,
pesaing perusahaan kita, jika ternyata bisnis yang digelutinya sama dengan
kita. Anggap saja, itu sebagai “bumbu penyedap” dalam kita menggeluti
bisnis.
Banyak Melayani Banyak Rejeki
“Jika perusahaan ingin berkembang, maka pelayanan adalah
segala-galanya”.
Barangkali kita tahu, bahwa salah satu tugas seorang entrepreneur adalah
tugas kepemimpinan. Memang idealnya, entrepreneur adalah sekaligus
seorang pemimpin. Paradigma baru, pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mampu memberikan pelayanan pada orang yang dipimpinnya atau
bawahannya.
Maksud saya, entrepreneur sebagai pemimpin, juga sekaligus sebagai orang
yang mau melayani. Jangan sampai kemudian terbalik, bahwa pemimpin itu
justru minta dilayani.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
61
Dalam konteks inilah, barangkali kita perlu kembali menyadari, bahwa
sebagai entrepreneur, apalagi yang baru saja membuka bisnis, maka
sesungguhnya sangatlah perlu mengutamakan pelayanan. Misalnya,
bagaimana kita melayani komsumen. Bagaimana konsumen puas dengan
layanan kita. Dan, bagi kita yang memiliki perusahaan sudah relatif maju,
maka konsumen biasanya diberikan pelayanan oleh karyawan kita.
Sedangkan karyawan dilayani oleh manager-nya, dan para manager
semestinya dilayani oleh direksi. Sedangkan, direksi dilayani oleh pemilik
bisnis. Tentu kita akan bertanya, lantas siapa yang melayani si pemilik bisnis?
Jawabanya bisa sangat banyak. Tapi yang jelas, konsep melayani memang
mudah diucapkan, tapi sangat berat untuk dilaksanakan.
Sebagai entrepreneur yang sudah cukup lama menggeluti dunia bisnis, pasti
akan selalu berhubungan dengan banyak orang. Apalagi kita sebagai seorang
pemimpin perusahaan, tentunya melayani banyak orang adalah pekerjaan
yang harus dilakukan.
Melayani banyak orang artinya bisnis kita jalan. Melayani itu harus
mengalahkan diri kita dulu sebelum memberikan pelayanan kepada orang
lain. Melayani berarti tidak boleh pilih kasih. Pelayanan bisa berarti kita
melayani orang-orang di lingkungan bisnis kita. Dan, kita tak mungkin
bekerja tanpa harus saling melayani.
Melayani bawahan berarti memberikan perhatian pada bawahan kita.
Melayani manager berarti memberikan penghargaan pada mereka. Dan,
melayani konsumen adalah pekerjaan kita yang utama. Perusahaan yang
ingin berkembang, maka pelayanan adalah segala-galanya. Bisnis melayani
banyak orang akan mendatangkan banyak omset.
Menurut Robert T. Kiyosaki, dalam bukunya yang ke-4 berjudul “Rich Kid,
Smart Kid”. Dalam buku tersebut dikatakan, bahwa jika kita membangun
sebuah bisnis yang melayani ribuan orang, sebagai timbal balik dari bisnis
kita, maka kita akan menjadi jutawan. Nah, kalau kita bisa melayani jutaan
orang, maka kita pun juga akan menjadi milyarder.
Oleh karena itulah, kita sebagai entrepreneur harus selalu siap melayani
banyak orang, dan jangan alergi melakukannya. Percayalah, dengan kita
semakin melayani banyak orang, maka rejeki yang datang pun akan semakin
banyak pula.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
62
Banyak Sumber Penghasilan
“Sebagai entrepreneur, kita sebaiknya tidak hanya memiliki
satu sumber penghasilan”.
Bisnis, biasanya dimulai dengan coba-coba, kadang malah asal-asalan.
Dimulai dengan modal seadanya, tempat seadanya, dengan orang yang
sama-sama belajar dari nol. Memulai yang serba kekurangan inilah yang akan
membuat kita semakin cerdas dalam berbisnis. Proses bisnis ini akan
memberikan pengalaman bisnis yang semakin hari mencerdaskan kita.
Belajar dari pengalaman bisnis setiap hari dan kebutuhan akan kemajuan
bisnis kita, mulailah kita memberikan sentuhan manajemen, walaupun itu
masih sangat sederhana. Sudah ada bagi-bagi pekerjaan atau bagi-bagi
fungsi. Ada yang pegang keuangan, ada yang sudah mulai jadi bagian
pemasaran. Ada yang bagian produksi, ada juga yang ngurusi karyawan.
Malah terkadang ada beberapa pekerjaan masih dirangkap satu orang. Ini
adalah proses menuju bisnis yang sesungguhnya. Artinya, bisnis yang
memiliki sistem yang baik. Dengan sudah adanya sistem, kita sebagai
pengusaha memiliki banyak waktu luang. Karena, sistem sudah berjalan
dengan baik. Ketika sebelum ada sistem, pengusaha cenderung mengelola
perusahaan dengan full time. Kini, setelah ada sistem, cukup dengan part
time.
Karena itu, jika perusahaan kita sudah memiliki sistem yang baik, dan bisnis
kita relatif berkembang, maka kesempatan kita untuk mengembangkan bisnis
sangat terbuka luas, termasuk membuka bisnis baru. Berdasarkan
pengalaman, lebih mudah membangun bisnis yang ke-2, ke-3, dan
seterusnya, dari pada ketika memulai bisnis yang pertama. Karena, di saat
memulai bisnis yang pertama kita belum punya apaapa.
Sementara, membangun bisnis yang ke - 2, ke - 3, dan seterusnya lebih
mudah karena bisnis kita yang pertama sudah memiliki sistem yang baik.
Sehingga perlu dipertimbangkan matang-matang jika kita ingin mencoba
membangun bisnis yang ke-2, seharusnya bisnis kita yang pertama sudah
mempunyai sistem yang baik. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
63
Keberhasilan bisnis kita akan lebih sukses karena tindakan dan keputusan
strategis yang diambil oleh entrepreneur leader. Sebab, dalam
kepemimpinannya mereka lebih menekankan pada hubungan manusiawi,
sehingga orang-orang di bawahnya lebih termotivasi dan lebih mampu
menggunakan pemikiran dan wawasan kreatifnya.
Sebaliknya, boss tidak mampu menumbuhkan sikap semacam itu. Maka,
jadilah entrepreneur leader.
Pemimpin Bukan Manager
“Pemimpin itu selalu berpikir meloncat-loncat dan sering
membingungkan bawahannya”.
Melakukan hal-hal yang benar (doing the right things), berani menghadapi
resiko dan memiliki motivasi untuk selalu nomor satu. Ide-ide bisnisnya
orisinal, dan menaruh mata ke masa depan serta memiliki perspektif jauh ke
depan penuh kepercayaan diri. Itu salah satu profil seorang pemimpin.
Walaupun banyak yang menganggap pemimpin itu menyukai segala bentuk
macam tantangan, karena rasa optimis yang selalu dimilikinya. Cukup
menarik buat saya. Sebab pemimpin bukan hanya mampu menggerakan
orang lain, melainkan juga berani mengambil pola pikir yang tidak populer
sekalipun, mampu memberikan solusi, dan memiliki semangat untuk menjadi
yang selalu terdepan.
Teliti punya teliti, ternyata dalam menjalankan bisnis saat ini maupun masa
datang, memang seharusnya memiliki manager leader, manager yang punya
jiwa pemimpin.
Mengapa ?
Sebabnya adalah persaingan yang serba kompetitif, situasi bisnis yang
kompleks dan sulit diramalkan keberlangsungannya, sehingga sangat
dibutuhkan sosok manager seperti itu. Kalau tidak, kita akan kalah bersaing.
Akibatnya, bisnis kita yang kita jalankan akan sulit maju.
Ada pendapat pakar manajemen yang mengatakan, kalau pemimpin itu selalu
melakukan hal-hal yang benar, sementara manager hanya mampu
melakukan hal-hal dengan benar (doing the things right). Dimana, seorang
pemimpin di dalam melakukan hal-hal yang benar tidak terlalu CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
52
memperdulikan caranya. Itu tak terlalu penting baginya. Sebab, bagi seorang
pemimpin, hal-hal yang menyangkut urusan pelaksanaan idenya itu adalah
tugas manager.
Pemimpin selalu berpikir loncat-loncat, dan jangkauannya
seringkali panjang, bisa membingungkan bawahan untuk
mengikutinya.
Lain halnya dengan manager. Jangkauan ide atau gagasannya pendek, dan
wawasannya relatif kering. Kewajibannya adalah bagaimana melakukan
tugasnya dengan benar. Manager baru jalan setelah ada planning dulu,
sudah ada program kerja atau prototype-nya.
Wajar kalau ada yang berpendapat bahwa pada dasarnya Manager itu
tiruan, sementara pemimpin adalah orisinal. Itu mengingatkan, ide atau
gagasan seorang pemimpin tidak pakai planning. Responsibilitasnya memang
tidak setiap saat muncul. Bila ternyata ide-ide bisnisnya yang dijalankannya
itu nanti benar atau salah, urusan belakangan. Baginya yang terpenting telah
menemukan ide bisnis yang cemerlang.
Kita bisa juga lihat, bahwa manager dalam rangka mempertahankan proses
atau kontinuitas kerjanya cenderung menerima status quo. Statusnya ingin
aman-aman saja. Bahkan, kalau perlu menghindar dari resiko. Tapi
sebaliknya dengan pemimpin. Ia justru menentang status quo, dan lebih
berani menghadapi resiko.
Perbedaan lainnya, adalah seorang manager itu suka bertanya, bagaimana
dan kapan terhadap sesuatu hal. Sedangkan, pemimpin lebih suka bertanya,
apa dan mengapa. Selain itu, pemimpin lebih terkesan ingin menjadi
pribadinya sendiri, dan menguasai lingkungannya. Sementara, manager
adalah “tentara baik” yang klasik, dan menyerah kepada lingkungan.
Manager dalam menjalankan aktivitasnya juga sangat bergantung pada
pengawasan. Dia ingin selalu mengelola dan mempertahankan bisnis yang
sudah ada, serta lebih berfokus kepada sistem dan struktur.
Sementara, pemimpin lebih merupakan sosok yang justru mampu
membangkitkan kepercayaan bawahanya atau relasinya. Itu sebabnya,
mengapa fokus seorang pemimpin lebih kepada orang, dan bukan kepada
sistem atau struktur.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
53
Oleh karena itu, jika kita sekarang berada pada posisi manager, sebaiknya
tidak menafikan atau menghilangkan nuansa-nuansa atau jiwa
kepemimpinan. Agar segala keputusan yang diambil tidak kering, lebih
tenang dalam menjalankan bisnis, mampu mengantisipasi hal-hal yang tak
pasti, energik, antusias, memiliki integritas, tegas tapi adil, visi bisnisnya lebih
jelas, dan mampu memproyeksikan bisnis ke-masa depan.
“Dan”
Kita akan menjadi tangguh dan terdepan dalam prestasi, jika
kita bisa bersinergi
Siapa yang tak kenal dengan kelompok musik anak muda dari Jogja, Sheila
on 7 ?
Tentu, anda semua pernah mendengarkan lagu hitsnya yang berjudul
“DAN”. Konon, album pertamanya itu terjual lebih dari 1 juta keping. Kita
tentu, bangga dengan kesuksesan mereka.
Judul lagu “Dan” itu cukup menarik buat saya. Namun, “Dan” dalam
tulisan saya ini artinya sinergi. Sebab, yang saya ungkap kali ini
bukanlah asyiknya mendengarkan lagu “Dan”, namun bagaimana pentingnya
sebuah sinergi dalam dunia bisnis.
Kita yakin, kita bisa menjadi entrepreneur tangguh atau terdepan, bila kita
bisa bersinergi. Bekerjasama dengan pihak lain, demi kesuksesan bisnis kita.
Mungkin Anda bertanya, apa benar bersinergi itu menguntungkan kita ?
Sebab, tak sedikit kasus yang menunjukan bahwa bersinergi dengan orang
lain justru membuat bisnis kita sulit berkembang. Saya sudah menduga, pasti
pertanyaan Anda seperti itu.
Memang, tak selamanya bersinergi itu negatif. Tapi bisa sebaliknya,
bersinergi membuat bisnis kita maju dan kita mampu memanfaatkan peluang
bisnis. Konsep bisnis kita menjadi briliant, selama sinergi yang saya maksud
itu positif.
Teliti punya teliti, ternyata memang sinergi itu bisa negatif dan bisa positif.
Untuk kita menjadi terbaik, tentu kita harus mencari rekan bisnis yang positif.
Ini menunjukan, bahwa kita akan memiliki kekuatan potensi kuat dan mampu
meyakinkan prospek bisnis kita. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
54
Dengan sinergi positif kita akan memiliki pemikiran jauh kedepan penuh
percaya diri, sehingga mampu mengantisipasi hal-hal yang tidak pasti.
Apalagi, dalam era global, dunia bisnis berputar cepat, terkadang tidak
rasional, tidak pasti, sehingga menghadapi hal itu kita memang harus
memiliki sinergi atau kekuatan kerjasama yang sangat tinggi.
Hal itu akan menjadikan kita menjadi entrepreneur yang selalu optimis atau
memiliki sense of optimism yang tinggi. Tapi juga bisa sebaliknya, bila
sinergi itu negatif, maka bisnis apapun yang kita jalankan tidak akan berhasil.
Keyakinan saya pun bertambah dengan pengalaman ini. Saya pernah diajak
bisnis pom bensin dengan teman pengusaha. Tapi setelah lewat proses
panjang, ternyata sulit terealisir. Saat itu saya belum yakin, apakah karena
itu sinerginya negative ?
Empat tahun kemudian saya ketemu lagi sama teman pengusaha tadi, yang
kini buka bisnis komputer. Dia mengajak saya lagi bisnis showroom atau jual
beli komputer. Rupanya, saya dan teman saya itu sama-sama belum percaya
bahwa sinergi kami negatif. Kami coba lagi, tapi gagal. Bisnis itu sampai kini
belum terealisir juga.
Contoh lain, artis Camelia Malik. Saat dia bersuami Reynold, pasangan ini
tidak cocok dan tidak dikaruniai anak. Tapi, setelah berpisah dan mereka
menemukan pasangan masingmasing, ternyata cocok dan dikaruniai anak.
Jadi ada sinergi positif.
Begitu juga hubungan sinergi antara owner dengan eksekutif. Bisa positif,
juga negatif. Namun, bagi kita yang percaya pada sinergi, jumlah satu
ditambah satu bunkan hanya dua. Bisa sepuluh, seratus, bahkan seribu.
Saya sendiri tidak meragukan hal ini. Tapi setidaknya, dengan kita memiliki
kecerdasan emosi optimal dan intuisi yang tajam, kita akan semakin pintar
memilih rekan bisnis yang bersinergi positif. Dan, tidak mustahil,
entrepreneur yang memiliki kemampuan tersebut akan sangat
menguntungkan bagi bisnis maupun kehidupannya.
Egaliter Itu Perlu
Emosi kita akan semakin cerdas, bila kita mau mengedepankan
hubungan yang humanis dan harmonis. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
55
Teori kepemimpinan berdasarkan gen mengungkapkan, bahwa pada
dasarnya setiap orang itu sama. Begitu pula halnya, di dalam mendambakan
perhatian positif. Saya melihat salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu
adalah jika kita berhasil menerapkan hubungan yang lebih mengedepankan
aspek hunanis dan harmonis dalam komunikasi antar level struktural atau
yang lebih dikenal dengan hubungan egaliter.
Hubungan semacam ini segi manfaatnya sangat besar, bila kita benar-benar
berhasil menerapkannya di perusahaan kita masing-masing. Hanya saja,
hubungan ini akan berjalan bila diawali dari pimpinannya.
Kita sebagai seorang wirausahawan atau entrepreneur yang juga adalah
seorang pemimpin, memang perlu memberikan suri tuladan terlebih dahulu
akan pentingnya hubungan egaliter ini pada lingkungan kerja kita, pada staf
kita. Sebab, hubungan egaliter itu akan membuat kita semakin paham pada
suatu bentuk komunikasi yang transparan dan jujur.
Begitu halnya dalam hubungan intra-personal. Dimana, hubungan antara
pemimpin dengan staf tak ada lagi jarak yang tajam. Namun, sikap saling
menghormati tetap terjaga.
Dampak positif lain dari hubungan egaliter itu adalah kita akan lebih dapat
meningkatkan kecerdasan emosional kita. Terutama pada hal yang berkaitan
dengan soal membina hubungan dengan orang lain, dan mengenali emosi
orang lain. Dengan begitu, kita akan lebih mudah menyeleraskan diri
(harmonizing) dengan orang lain.
Itu penting kaitannya dengan bisnis. Sebab, hubungan semacam ini akan
memungkinkan kita lebih memiliki rasa percaya diri yang kuat. Segala ide,
pemikiran dan gagasan bisnis kita juga akan semakin baik. Sehingga hal itu,
tidak mustahil akan membuat kita cenderung lebih kreatif, dan akhirnya kita
akan lebih produktif.
Begitupula halnya dengan semangat kita di dalam berwirausaha juga akan
semakin bergairah. Dan, sukses akan lebih mudah tercapai. Dengan begitu,
hubungan pimpinan dengan staf tidak harus melewati dulu birokrasi yang
berbelit-belit. Ruang kerja bisa kita buat sedemikian rupa, kalau perlu
terbuka, sehingga komunikasi dua arah (two way traffic communication)
antara pimpinan dengan staf akan lebih mudah tercipta.
Kita tentu mengerti, bahwa pimpinan dalam mengembangkan bisnisnya tak
bisa sendiri. Membutuhkan bantuan staf. Maka, sebaiknya, kita sebagai CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
56
seorang entrepreneur tak perlu ragu lagi menerapkan hubungan harmonis
semacam itu. Apalagi di saat sekarang ini, jelas tak hanya menuntut kita
piawai atau jeli di dalam melihat dan meraih peluang bisnis, tapi, kita juga
harus pintar pula menerapkan bentuk hubungan kerja yang harmonis. Tim
kerja di perusahaan kita akan semakin kompak dan solid.
Hubungan egaliter itu, juga perlu karena hubungan ini akan lebih
mengkondisikan kita untuk mau mendengarkan pendapat orang lain.
Keterpercayaan diri kita maupun staf juga kan tumbuh. Padahal kita tahu
bahwa keterpercayaan itu adalah faktor paling penting di balik setiap
tindakan kreatif.
Namun, kultur ini tak ada korelasinya bahwa yang pantas menerapkannya
adalah harus mereka yang memiliki intelektualitas tinggi. Justru yang
terpenting adalah bagaimana kita bisa memimpin. Memimpin adalah suatu
yang berkaitan dengan mengelola orang-orang yang pintar. Namun, itu
bukan berarti kita harus menjadi orang paling pintar atau profesional.
Memang, entrepreneur itu harus didampingi profesional, agar bisnisnya lebih
berkembang. Sebab cara berpikirnya seringkali meloncat-loncat. Sementara,
seorang profesional pemikirannya cenderung yang lurus-lurus atau yang
aman-aman. Maka cukup riskan, bila dia lantas mencoba menjalankan
bisnisnya seorang diri alias one man show.
Kualitas manajemennya akan kurang baik. Maka, seorang entrepreneur dan
professional harus memiliki hubungan yang harmonis. Apalagi dalam waktu
dekat ini kita akan memasuki millenium ketiga yang kemungkinan besar
bisnis kita cenderung akan penuh dengan hyper-competition, suatu
persaingan yang sangat ketat. Maka, tanpa ada hubungan seperti itu di
lingkungan kerja atau perusahaan kita, maka tentu saja target bisnis kita
akan sulit tercapai.
Oleh karena itu, tak ada salahnya bila kita berani mencoba menerapkan
hubungan egaliter ketimbang hubungan yang terlalu mengedepankan jarak
atau gap antara pimpinan dan staf. Sebab, hubungan seperti ini akan
membuat suasana kerja menjadi tidak kondusif atau tidak enjoy. Kreativitas
juga bisa mandeg dan prestasi kerja pun akan menurun. Itu sebabnya,
mengapa hubungan egaliter itu perlu.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
57
Jadi Pemimpin atau Bawahan
Hanya dua pilihan bagi kita: menyerah saja jadi bawahan,
atau mau terus berusaha menjadi pemimpin.
Jika setiap saat kita selalu menanyakan “Apa hak-hak saya ?”, itu artinya kita
termasuk golongan bawahan. sedangkan, jika kita lebih suka bertanya “Apa
tanggung jawab saya ?”, itu berarti termasuk golongan pemimpin. Wajar
saja, mestinya memang demikian.
Selain itu, seorang bawahan biasanya orang yang bekerja lebih terdorong
oleh emosinya. Sementara, seorang pemimpin, bekerja atau berbisnis lebih
karena terdorong oleh karakternya.
Saya juga melihat, bahwa seorang bawahan itu akan merasakan senang,
baru kemudian dia melakukan pekerjaan atau tugasnya dengan benar. Itu
lain dengan pemimpin. Dia akan selalu berusaha melakukan segala
pekerjaannya dengan benar, kemudian dia kan merasa senang dengan
prestasi kerjanya itu.
Pendeknya, bawahan itu bekerja atau melaksanakan tugas karena terdorong
oleh kesenangan, dan bukan terdorong oleh komitmen seperti biasa
dilakukan oleh seorang pemimpin.
Perbedaan lain yang cukup menonjol antar keduanya, menurut pakar
leadership, Jhon C. Maxwell, yaitu seorang bawahan itu sukanya selalu
menunggu momentum, barulah dia mau bergerak. Sikapnya lebih
mengendalikan tindakan, dan berhenti ketika masalah timbul.
Sementara, kalau kita sebagai pemimpin, maka kita akan lebih cenderung
menciptakan momentum. Sedang, tindakannya lebih mengendalikan
sikapnya, dan seorang pemimpin justru akan meneruskan usahanya ketika
masalah timbul.
Memang benar seorang bawahan itu jika membuat keputusan selalu
berdasarkan popularitas. Berbeda dengan pemimpin yang setiap membuat
keputusan apapun, termasuk dalam bisnisnya, adalah lebih berdasarkan pada
prinsip dan bukan pada popularitas. Sehingga, tidak mengherankan kalau
seorang pemimpin itu tidak suka bersikap murung dalam menggeluti
bisnisnya. Sebaliknya, dia akan selalu mantap menekuni bisnisnya.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
58
Karena itu saya berpendapat, di saat sekarang ini kita lebih baik
menjadi ikan besar di kolam kecil daripada harus menjadi ikan kecil
di kolam besar. Artinya, kita lebih baik menjadi pemimpin,
walaupun bisnis kita kecil dan anak buah kita sedikit, daripada kita
harus ikut orang lain sekalipun bisnisnya sudah besar.
Memang, menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Tapi yakin saja, sebab
kita masing-masing memiliki kapasitas kepemimpinan. Jika kita bekerja pada
perusahaan besar sebagai bawahan, tentu kita tidak bisa berbuat banyak,
atau tidak bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan. Naiknya karier kita pun
jelas membutuhkan waktu yang lama.
Tapi lain halnya, kalau kita bekerja pada perusahaan yang masih kecil, maka
peluang untuk mengembangkan bisnis lebih besar. Sehingga, karier kita pun
akan cepat berkembang pula. Kita jadi punya andil untuk mengembangkan
usaha menjadi besar, dan akhirnya kita akan lebih cepat jadi pemimpin
perusahaan.
Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak akan membuat kita berhenti
bekerja, kalau kita punya jiwa kepemimpinan. Tapi sebaliknya, kalau kita
terus menerus menjadi bawahan, akibatnya kita tidak punya keberanian jadi
pemimpin. Kita juga tidakakan memiliki keberanian untuk mencoba punya
bisnis sendiri.
Akhirnya sekarang, kita hanya mempunyai dua pilihan: kita menyerah saja
menjadi bawahan atau kita tetap berusaha untuk menjadi seorang pemimpin.
Manager Berjiwa Entrepreneur
Manager berjiwa entrepreneur bisa jadi akan menjadi
entrepreneur sejati
Memajukan perusahaan, saya kira, itu bukan hal yang mustahil. Asal kita
mau berusaha mewujudkan keinginan tersebut. Diantaranya, perusahaan
yang kita geluti sekarang ini harus diusahakan memiliki manager yang benar-
benar berjiwa entrepreneur.
Itu sangat penting. Sebab, jika tidak, akan berakibat pada perusahaan atau
bisnis kita sendiri, yakni akan berada pada posisi stabil atau status quo.
Kondisinya hanya begitu-begitu saja.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
59
Tapi lain halnya, kalau perusahaan kita itu memiliki manager yang berjiwa
entrepreneur, maka bisnis yang kita jalankan akan lebih berpeluang cepat
berkembang. Dan, kita juga akan lebih siap menghadapi persaingan bisnis
yang ketat di era globalisasi.
Selain itu, manager berjiwa entrepreneur akan membuat perusahaan kita
lebih kreatif dan inovatif. Sebab, bisnis yang sudah mencapai titik optimum
itu biasanya jika tidak disentuh dengan manajer berjiwa entrepreneur, akan
mengalami kondisi yang menurun.
Jika suatu perusahaan itu memiliki manager yang berjiwa entrepreneur, juga
akan selalu siap menghadapi setiap perubahan dalam bisnis. Dan, perubahan
tersebut bagi manager berjiwa entrepreneur, adalah bagian dari
pekerjaannya. Sedang, resiko yang timbul pun juga bagian dari
pekerjaannya.
Persis seperti yang dikatakan oleh William Ahmanson, bahwa dalam bisnis
itu, tidak ada jalan lurus yang dapat ditempuh dari satu tempat ke tempat
lain.
Maka, dalam konteks inilah, saya melihat, bahwa bisnis itu memang ada tiga
komponen, yakni meliputi:
1. Investor (orang yang mencari resiko),
2. Entrepreneur(orang yang mengambil resiko), dan
3. Manager (orang yang menghindar resiko).
Dan, dalam keadaan kondisi bisnis yang baik, jiwa entrepreneur menjadi hal
penting. Apalagi di saat kita harus menghadapi krisis ekonomi, tentu saja
akan lebih penting lagi.
Karena itu, kita bisa melihat, bagaimana orang-orang Barat yang bergerak di
dunia usaha juga terus melakukan pengembangan bentuk-bentuk intuisi,
yang saya tahu itu sangat banyak membantu dalam pengembangan
usahanya. Itu juga pertanda, bahwa dia memiliki jiwa entrepreneur.
Adapun ciri-ciri manager yang berjiwa entrepreneur memang tidak hanya itu.
Menurut J.A Schunpeter dalam bukunya “The Entrepreneur as Inovator”,
manager yang berjiwa entrepreneur juga merupakan sosok yang berambisi
tinggi di dalam mengembangkan bisnisnya, energik, percaya diri, kreatif, dan
inovatif, senang dan pandai bergaul, berpandangan ke depan, bersifat
fleksibel, berani terhadap resiko, senang mendiri dan bebas, banyak inisiatif CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
60
dan bertanggung jawab, optimistik, memandang kegagalan sebagai
pengalaman yang berharga (positif), selalu berorientasi pada keuntungan,
dan gemar berkompetisi.
Berbeda dengan manager yang tidak berjiwa entrepreneur. Maka, dia akan
cenderung berpikir sangat rasional, suka kemapanan, dan tidak
menginginkan adanya perubahan. Kerap kali terjadi seorang manager akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti gaya berpikir seorang entrepreneur.
Dia juga akan kesulitan mengikuti setiap langkah-langkah bisnis
entrepreneur.
Hanya saja, seorang manager yang memiliki jiwa entrepreneur itu bisa jadi
akan menjadi entrepreneur sejati. Dan, sebaiknya manager perusahaan kita
yang berjiwa entrepreneur itu, kita beri lagi sebuah tantangan yang lebih
besar, misalnya mengelola unit usaha kita yang lain. Atau, bisa juga dia
keluar dari perusahaan kita. Lantas berbekal jiwa entrepreneur yang
dimilikinya, dia memberanikan diri mendirikan perusahaan sendiri. Itu lebih
baik. Sebab tindakanya akan membantu mencitakan lapangan kerja.
Entrepreneur-entrepreneur baru juga akan semakin sering bermunculan.
Memang, pada akhirnya bisa saja dia akan menjadi pesaing kita sendiri,
pesaing perusahaan kita, jika ternyata bisnis yang digelutinya sama dengan
kita. Anggap saja, itu sebagai “bumbu penyedap” dalam kita menggeluti
bisnis.
Banyak Melayani Banyak Rejeki
“Jika perusahaan ingin berkembang, maka pelayanan adalah
segala-galanya”.
Barangkali kita tahu, bahwa salah satu tugas seorang entrepreneur adalah
tugas kepemimpinan. Memang idealnya, entrepreneur adalah sekaligus
seorang pemimpin. Paradigma baru, pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mampu memberikan pelayanan pada orang yang dipimpinnya atau
bawahannya.
Maksud saya, entrepreneur sebagai pemimpin, juga sekaligus sebagai orang
yang mau melayani. Jangan sampai kemudian terbalik, bahwa pemimpin itu
justru minta dilayani.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
61
Dalam konteks inilah, barangkali kita perlu kembali menyadari, bahwa
sebagai entrepreneur, apalagi yang baru saja membuka bisnis, maka
sesungguhnya sangatlah perlu mengutamakan pelayanan. Misalnya,
bagaimana kita melayani komsumen. Bagaimana konsumen puas dengan
layanan kita. Dan, bagi kita yang memiliki perusahaan sudah relatif maju,
maka konsumen biasanya diberikan pelayanan oleh karyawan kita.
Sedangkan karyawan dilayani oleh manager-nya, dan para manager
semestinya dilayani oleh direksi. Sedangkan, direksi dilayani oleh pemilik
bisnis. Tentu kita akan bertanya, lantas siapa yang melayani si pemilik bisnis?
Jawabanya bisa sangat banyak. Tapi yang jelas, konsep melayani memang
mudah diucapkan, tapi sangat berat untuk dilaksanakan.
Sebagai entrepreneur yang sudah cukup lama menggeluti dunia bisnis, pasti
akan selalu berhubungan dengan banyak orang. Apalagi kita sebagai seorang
pemimpin perusahaan, tentunya melayani banyak orang adalah pekerjaan
yang harus dilakukan.
Melayani banyak orang artinya bisnis kita jalan. Melayani itu harus
mengalahkan diri kita dulu sebelum memberikan pelayanan kepada orang
lain. Melayani berarti tidak boleh pilih kasih. Pelayanan bisa berarti kita
melayani orang-orang di lingkungan bisnis kita. Dan, kita tak mungkin
bekerja tanpa harus saling melayani.
Melayani bawahan berarti memberikan perhatian pada bawahan kita.
Melayani manager berarti memberikan penghargaan pada mereka. Dan,
melayani konsumen adalah pekerjaan kita yang utama. Perusahaan yang
ingin berkembang, maka pelayanan adalah segala-galanya. Bisnis melayani
banyak orang akan mendatangkan banyak omset.
Menurut Robert T. Kiyosaki, dalam bukunya yang ke-4 berjudul “Rich Kid,
Smart Kid”. Dalam buku tersebut dikatakan, bahwa jika kita membangun
sebuah bisnis yang melayani ribuan orang, sebagai timbal balik dari bisnis
kita, maka kita akan menjadi jutawan. Nah, kalau kita bisa melayani jutaan
orang, maka kita pun juga akan menjadi milyarder.
Oleh karena itulah, kita sebagai entrepreneur harus selalu siap melayani
banyak orang, dan jangan alergi melakukannya. Percayalah, dengan kita
semakin melayani banyak orang, maka rejeki yang datang pun akan semakin
banyak pula.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
62
Banyak Sumber Penghasilan
“Sebagai entrepreneur, kita sebaiknya tidak hanya memiliki
satu sumber penghasilan”.
Bisnis, biasanya dimulai dengan coba-coba, kadang malah asal-asalan.
Dimulai dengan modal seadanya, tempat seadanya, dengan orang yang
sama-sama belajar dari nol. Memulai yang serba kekurangan inilah yang akan
membuat kita semakin cerdas dalam berbisnis. Proses bisnis ini akan
memberikan pengalaman bisnis yang semakin hari mencerdaskan kita.
Belajar dari pengalaman bisnis setiap hari dan kebutuhan akan kemajuan
bisnis kita, mulailah kita memberikan sentuhan manajemen, walaupun itu
masih sangat sederhana. Sudah ada bagi-bagi pekerjaan atau bagi-bagi
fungsi. Ada yang pegang keuangan, ada yang sudah mulai jadi bagian
pemasaran. Ada yang bagian produksi, ada juga yang ngurusi karyawan.
Malah terkadang ada beberapa pekerjaan masih dirangkap satu orang. Ini
adalah proses menuju bisnis yang sesungguhnya. Artinya, bisnis yang
memiliki sistem yang baik. Dengan sudah adanya sistem, kita sebagai
pengusaha memiliki banyak waktu luang. Karena, sistem sudah berjalan
dengan baik. Ketika sebelum ada sistem, pengusaha cenderung mengelola
perusahaan dengan full time. Kini, setelah ada sistem, cukup dengan part
time.
Karena itu, jika perusahaan kita sudah memiliki sistem yang baik, dan bisnis
kita relatif berkembang, maka kesempatan kita untuk mengembangkan bisnis
sangat terbuka luas, termasuk membuka bisnis baru. Berdasarkan
pengalaman, lebih mudah membangun bisnis yang ke-2, ke-3, dan
seterusnya, dari pada ketika memulai bisnis yang pertama. Karena, di saat
memulai bisnis yang pertama kita belum punya apaapa.
Sementara, membangun bisnis yang ke - 2, ke - 3, dan seterusnya lebih
mudah karena bisnis kita yang pertama sudah memiliki sistem yang baik.
Sehingga perlu dipertimbangkan matang-matang jika kita ingin mencoba
membangun bisnis yang ke-2, seharusnya bisnis kita yang pertama sudah
mempunyai sistem yang baik. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
63

0 komentar:

Posting Komentar

Dapatkan Uang Lotre $10.000 Hanya Dengan Mengklik Banner di Bawah,Serta free Login Register.Get $10000 Only By Clickling This Banner.