BE POSITIF AND LET'S ACTION

CARA GILA JADI PENGUSAHA 4

• Sebanyak 43% pengusaha itu dapat ide dari pengalaman yang
diperoleh saat dia bekerja di industri yang sama. Mereka tahu
operasional suatu usaha dan umumnya punya jaringankerjasama.
• Sebanyak 15% pengusaha dapat ide bisnis saat melihat orang lain
mencoba suatu usaha.
• Sebanyak 11% pengusaha dapat ide saat melihat peluang pasar yang
tidak atau belum terpenuhi.
• Sebanyak 7% pengusaha dapat ide karena telah meneliti secara
sistematik kesempatan berbisnis, dan
• Sebanyak 3% pengusaha dapat ide karena hobi atau tertarik akan
kegemaran tertentu.
Di Indonesia sendiri bagaimana?
Saya kira dalam konteks ini, kita tidak harus sependapat dengan hasil data
tersebut. Data 43% pengusaha itu dapat ide dari pengalaman yang diperoleh
ketika bekerja di industri yang sama, itu menunjukkan bahwa dia tipe
pengusaha yang hanya berani memulai bisnis baru karena hanya semata
melihat sisi terangnya saja.
Jika kita memang benar-benar ingin memulai bisnis baru,
semestinya peluang pasarlah yang lebih kita jadikan pijakan.
Untuk itulah langkah yang kita gunakan pun bukannya inside out aproach
melainkan outside in approach, yaitu pendekatan dari luar ke dalam.
Cara ini cenderung melihat dahulu, apakah ada peluang bisnis atau tidak.
Sebab, sesungguhnya ide dasar bisnis itu sukses adalah jika kita mampu
merespon dan mengkreasikan kebutuhan pasar. Cara ini biasanya disebut
Opportunity Recognition.
Oleh karena itulah, sebagai pengusaha semestinya harus berani memulai
bisnis baru. Hal itu memang bukan hal mudah, karena membutuhkan analisa
dan perencanaan yang serius.
Namun, percayalah bahwa ide memulai bisnis baru tak terlalu sulit. Ide itu
bisaberasal dari mana saja dalam berbagai cara.Yang pasti,sekali ide bisnis
itu dikembangkan dengan jelas, maka bisnis baru itu niscaya akan CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
24
berkembang. Apalagi, setelah terlebih dahulu kita adakan evaluasi dengan
teliti, baik itu berkaitan dengan customer dan kompetisinya.
Memulai Bisnis Tanpa Uang Tunai
“Bisnis punya uang tunai dulu, itu sudah lumrah. Tapi tak
benar, tak mungkin memulai bisnis tanpa uang tunai”.
Mungkinkah kita mulai bisnis tanpa memiliki uang tunai ?
Saya kira itu mungkin saja. Mengapa tidak! Jika kita mampu mengoptimalkan
pemikiran kita, maka akan banyak jalan yang bisa ditempuh dalam
menghadapi masalah permodalan untuk kita bisa memulai bisnis. Cuma
masalah permodalan untuk kita bisa memulai bisnis. Cuma masalahnya,
darimana duit itu berasal? Logikanya, semua bisnis itu membutuhkan modal
uang.
Memang, kebanyakan kita selalu mengeluh ketiadaan modal uang
sebagai alas an mengapa kita “enggan” berwirausaha. Padahal,
modal yang paling vital sebenarnya bukanlah uang, tetapi modal
non-fisik, yakni berupa motivasi dan keberanian memulai yang
mengebu-gebu.
Saya yakin, jika hal itu sudah bisa dipenuhi, maka mencari modal uang
bukanlah persoalan yang tidak mungkin, meski secara pribadi kita tidak
memiliki uang. Sementara kita telah tahu, bahwa peluang bisnis telah ada di
depan mata. Tentu, alangkah baiknya jika kita tidak menundanya untuk
memulai berbisnis. Toh kita tahu, bahwa sebenarnya banyak sumber
permodalan. Seperti uang tabungan, uang pesangon, pinjam di bank dan di
koperasi atau dari lembaga keuangan atau dari pihak lainnya.
Namun, jika kita ternyata tidak memiliki uang tabungan, uang pesangon atau
katakanlah belum ada keberanian untuk meminjam uang di bank atau
Koperasi, kita juga tidak perlu risau. Karena ada cara untuk memulai bisnis,
meski kita tidak memiliki uang tunai sekalipun. Contohnya, kita bisa menjadi
seorang perantara. Misalnya, menjadi perantara jual beli rumah, jual beli
motor dan lain-lain. Keuntungan yang kita dapat bisa dari komisi penjualan
atau cara lain atas kesepakatan kita dengan pemilik produk. Saya yakin, kita
pasti bisa melakukannya.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
25
Kita bisa juga membuat usaha dengan cara konsumen melakukan
pembayaran di muka. Dalam hal ini, kita bisa mencari bisnis dimana
konsumen yang jadi sasaran bisnis kita itu mau membayar atau
mengeluarkan uang dulu sebelum proses bisnis, baik jasa maupun produk,
itu terjadi. Misalnya bisa dilakukan pada bisnis jasa, seperti industri jasa
pendidikan. Dimana, siswa diwajibkan membayar dulu didepan sebelum
proses pendidikan itu terjadi.
Bisa juga misalnya, ada orang yang memesan barang pada kita, namun
sebelum barang yang dipesan itu jadi, pihak konsumen sudah memberikan
uang muka dulu. Artinya, itu sama saja kita telah diberi modal oleh
konsumen.
Masih ada cara lain memulai bisnis tanpa kita memiliki uang tunai.
Contohnya, menggunakan sistem bagi hasil. Biasanya, cara bisnis model ini
banyak diterapkan pada Rumah Makan Padang. Dimana kita sebagai orang
yang memiliki keahlian memasak, sementara patner bisnis kita sebagai
pemilik modal uang. Kita bekerjasama dan keuntungan yang didapat pun
dibagi sesuai kesepakatan bersama.
Atau kita mungkin ingin cara lain? Tentu masih ada. Contohnya, kita bisa
melakukannya dengan sistem barter dengan pemasok, dan kita pun jika
memiliki keahlian tertentu, mengapa tidak saja menjadi seorang konsultan.
Selain itu, bisa saja denagn cara kita mengambil dulu produk yang akan
diperdagangkan, hanya untuk pembayarannya bisa kita lakukan setelah
produk tersebut terjual pada konsumen. Tentu, masih banyak cara lain untuk
kita memulai bisnis tanpa uang tunai.
Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak perlu berkecil hati atau takut dipandang
rendah, bila ternyata kita memang tidak memiliki uang tunai namun
berhasrat untuk memulai bisnis. Saya yakin, dengan kita memiliki uang tunai
namun berhasrat untuk memulai bisnis. Dengan kita memiliki kemauan besar
menjadi seorang wirausahawan atau entrepreneur, maka setidaknya akan
selalu ada jalan untuk memulai bisnis.
Nyatanya, tidak sedikit pengusaha yang telah meraih keberhasilan meski saat
memulai bisnisnya dulu tanpa memiliki uang tunai.
Itu menunjukkan bahwa tidak benar kalau ada yang mengatakan “Tak
mungkin kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai.”
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
26
Kuncinya sebetulnya terletak pada motivasi dan keberanian kita memulai
bisnis yang mengebu-gebu. Hanya saja, untuk cepat meraih sukses - apalagi
tanpa memiliki uang tunai - itu tidak semudah seperti kita membalikkan
telapak tangan. Semuanya membutuhkan perjuangan.
Mitos Hutang
“Kalau bisnis kita ingin maju, maka hutang untuk perusahaan
saya kira bukan masalah”.
Mitos atau anggapan “Hutang itu Buruk”, bisa benar bisa salah. Benar,
hutang itu buruk, apabila kita berhutang terlalu banyak, hanya
untuk keperluan konsumtif. Tetapi apabila hutang itu kita manfaatkan
untuk melakukan bisnis atau usaha, maka anggapan hutang itu buruk adalah
salah.
Kalau kalau kita mempunyai hutang pribadi, sebaiknya disesuaikan dengan
kemampuan. Jangan banyak-banyak. Dan pastikan hutang kita itu ada yang
bayar.
Dalam berbisnis, kalau bisnis kita mulai berkembang, pasti sangat
membutuhkan tambahan modal kerja maupun investasi. Kalau kita mau
maju, maka hutang untuk bisnis bukan suatu masalah, justru sangat perlu.
Asal kita bisa menggunakannya secara tepat, hal itu justru akan membuat
bisnis kita lebih berkembang.
Sebagai contoh kita mempunyai modal Rp. 10 juta. Dari modal itu kita
unntung 20%, maka keuntungan yang kita peroleh Rp. 2 juta. Namun kalau
dari Rp. 10 juta kita bisa mendatangkan tambahan modal Rp. 90 juta dari
hutang, sehinga modal menjadi Rp. 100 juta, maka keuntungan kita yang
20% menjadi Rp. 20 juta. Dari sini kita bisa membandingkan berapa
keuntungan kita sebelum dan sesudah mendapatkan modal dari luar. Itu
hitungan sederhana.
Banyak cara untuk mendapatkan hutang. Misalnya melalui bank. Tetapi bank
dalam memberikan pinjaman pasti melihat kredibilitas kita. Kalau bisnis kita
baik, mengapa kita takut hutang? Karena dengan tambahnya modal, maka
bisnis kita akan menjadi lebih baik. Sehingga dengan berkembangnya bisnis
kita, dampak positifnya dapat membuka lapangan kerja baru. Kredit modal
kerja adalah salah satu bentuk hutang yang bisa kita manfaatkan.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
27
Dan modal itu bisa kita pakai terus, karena sistemnya rekening koran, dimana
kita membayar bunga dari saldo pinjaman yang kita pakai. Setiap jatuh
tempo kita diperpanjang. Bahkan kalau bisnis kita semakin maju, maka kita
dapat mengajukan tambahan kredit lagi sesuai kebutuhan.
Yang penting dalam berhutang tidak ada sedikitpun pikiran atau niat untuk
ngemplang atau tidak membayar. Kita harus punya niatbaik menepati
perjanjian kredit dengan bank.
Perlu kita ketahui, pihak bank sendiri dalam operasionalnya selalu
menggunakan fungsi intermediasi, yakni penyaluran dana dan menghimpun
dana. Kedua fungsi ini harus seimbang. Dalam penyaluran kredit, pihak bank
mengharapkan adanya keuntungan demi kelancaran operasional dan
peningkatan kesejahteraan karyawan, serta perkembangan bank itu sendiri.
Sedang bagi kita yang memanfaatkan kredit sehingga bisnisnya berkembang,
maka dampak positifnya, kesejahteraan karyawan akan meningkat. Disinilah
perlunya, pihak bank dan pengusaha saling kerjasama, saling memberikan
dukungan.
Sebenarnya, seorang yang mempunyai citra buruk dalam berhutang, pada
dasarnya disebabkan orang tersebut ingkar janji, tidak bisa membayar atau
bahkan ngemplang tidak mau membayar. Tetapi ada pula citra buruk
diciptakan oleh mereka yang tidak percaya untuk mendapatkan hutang.
Sehingga sebagai kompensasi kejengkelannya, mereka menyebarkan isu,
bahwa hutang itu buruk.
Anggapan seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi, karena apa yang kita
lakukan itu demi kemajuan bisnis kita. Sayangnya, sebagian besar
masyarakat percaya tentang hal itu. Padahal kalau kita mau eksis dan maju
dalam berbisnis, salah satu jurus yang kitu adalah harus mau dan mampu
memanfaatkan dana dari pihak lain.
Untuk melakukan itu memang dituntut keberanian dan rasa optimis. Bisa saja
kita punya rasa optimis justru dengan modal sendiri, walaupun ada yang
mengatakan, bisnis dengan modal sendiri berarti kita egois, tidak sosial, tidak
mau bagi-bagi keuntungan.
Dan dari aspek spiritual, menurut saya, semakin banyak kita melibatkan dana
orang lain utnuk mengembangkan bisnis, maka semakin banyak pula orang
ikut mendoakan bisnis kita. Sebaliknya, kalau bisnis kita menggunakan modal
sendiri, maka yang mendoakan bisnis kita hanya kita sendiri. CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
28
KECERDASAN EMOSIONAL
Kecerdasan Emosional Entrepreneur
“Mengedepankan kecerdasan emosi kita dalam bisnis itu adalah
hal yang mutlak”.
MENGAPA kecerdasan emosional seorang entrepreneur juga saya ungkap
dalam buku ini? Itu karena, saya sendiri ikut merasakan, bahwa kesuksesan
bisnis memang sangat berkait langsung dengan kecerdasan emosi
entrepreneur. Maka, tak ada salahnya kalau faktor kecerdasan emosional itu
perlu kita kedepankan. Bahkan, itu mutlak kita miliki.
Hal itu, saya pikir juga merupakan langkah tepat di dalam setiap kita ingin
meraih keberhasilan bisnis, juga dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang pertama mengenalkan kecerdasan emosional adalah Daniel
Goleman. Dalam bukunya “Emotional Intelligence” atau EQ, ia
mengungkapkan, bahwa ada 5 wilayah kecerdasan emosi yaitu:
1. Mengenali emosi diri,
2. Mengelola emosi,
3. Memotivasi diri sendiri,
4. Mengenal emosi orang lain, dan
5. Membina hubungan
Jika kita memang mampu memahami, dan melaksanakan kelima wilayah
utama kecerdasan emosi tersebut, maka semua perjalanan bisnis apapun
yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.
Harus dipahami, bahwa ada perbedaan antara kecerdasan emosional dengan
kecerdasan intelektual (IQ). Goleman mengungkapkan, bahwa kecerdasan
intelektual itu sesungguhnya merupakan keturunan seseorang yang tidak
dapat dirubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan
emosional tidak demikian.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
29
Goleman akhirnya menyimpulkan, bahwa kecerdasan emosional adalah
merupakan jembatan antara apa yang kita ketahui, dan apa yang kita
lakukan.
Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil
melakukan apa pun yang kita ketahui benar.
Entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akan lebih
berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Sosok semacam ini sangat
kita perlukan guna membangun masyarakat entrepreneur Indonesia.
Entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akan tetap
menganggap, bahwa krisis itu adalah sebuah peluang.
Itulah sebabnya mengapa entrepreneur itu harus tetap jeli dalam
memanfaatkan emosinya. Sebaliknya, jika seseorang secara intelektual
cerdas, kerap kali justru bukanlah seorang entrepreneur yang berhsil dalam
bisnis dan kehidupan pribadinya. Dia harus yakin, bahwa di dalam dunia
bisnis saat ini maupun di masa mendatang, kecerdasan emosional akan lebih
tetap berperan.
Maka dengan memiliki kecerdasan emosional yang optimal, akan lebih bisa
mentransformasikan situasi sulit. Bahkan, kita juga semakin peka akan
adanya peluang entrepreneur dalam situasi apapun. Kalau kita memiliki
kecerdasan emosional yang optimal, saya yakin akan mampu mengatasi
berbagai konflik.
Orang yang benar-benar mengoptimalkan EQ, akan lebih jeli dalam melihat
sebuah peluang. Ia akan lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya
inisiatif. Atau, ia pun akan lebih siap dalam melakukan negosiasi bisnis. Lebih
mampu melakukan langkah sreategi bisnisnya, memiliki kepekaan, daya
cipta, dan komitmen yang tinggi.
Bahkan, ada pakar yang mengungkapkan, bahwa keberhasilan
seseorang dalam bidang bisnis, 80 % ditentukan oleh kecerdasan
emosionalnya.
Banyak orang yang sukses menjadi entrepreneur meski nilai akademisnya
sedang-sedang saja. Hal ini disebabkan, mereka yang lulus dengan nilai
sedang itu sebagian besar memiliki kecerdasan emosional optimal. Lantaran
kecerdasan emosional optimal yang inilah yang justru mendorongnya untuk
menjadi entrepreneur yang kreatif. Contohnya adalah Bill Gates, seorang CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
30
super milyarder di Amerika Serikat. Dia adalah pemilik perusahaan perangkat
lunak Mirosoft.
Saat Bill Gates kuliah di Harvard Bussines School, ia merasa tidak mendapat
pengetahuan apa-apa. Akhirnya ia putuskan berhenti kuliah. Namun
meskipun drop-out dari Harvard, Bill dikenal sebagai penyumbang dana
terbesar bagi universitasnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Steven K. Scout. saat ini dia dikenal
sebagai milyarder di Amerika Serikat. Ketika masih di sekolah, Steven tidak
pintar. Dia tidak pepuler di sekolahnya. Namun, sekarang Steven berhasil
menjadi pengusaha yang bergerak di bidang bisnis pemasaran nomor satu di
Amerika Serikat.
Entrepreneur itu memang perlu kecerdasan emosional yang optimal. Nilai
akademis saat studi tidak harus tinggi. Sulit bagi seseorang untuk menjadi
entrepreneur, meski memiliki kecerdasan intelektual tinggi, tetapi kecerdasan
emosionalnya rendah.
Lantas, apakah Anda ingin memiliki kecerdasan emosional yang optimal? Itu
bisa dipelajari, dilatih, dan bisa dikembangkan. Karena semuanya itu proses
yang membutuhkan waktu, ketekunan, dan semangat tinggi.
Emosi Dalam Bisnis
“Semakin berkembang pesat bisnis kita, semakin tinggi energi
emosi yang dibutuhkan”.
Emosi bisnis bagi entrepreneur sangat penting peranannya. Apalagi, dalam
mengatasi tantangan persaingan bisnis di Milenium ketiga ini. Karena, emosi
memicu kreativitas dan inovasi kita. Emosi juga mengaktifkan nilai-nilai etika,
mendorong atau mempercepat penalaran kita dalam berbisnis.
Emosi juga berperan di dalam membangun kepercayaan dan keakraban.
Bahkan tak hanya itu, emosi juga akan memotivasi kita, dan membuat kita
nyata dan hidup.
Menurut pendapat Josh Hammond, bahwa emosi adalah sesuatu yang
punya makna penting bagi perusahaan. Menurutnya, emosi adalah
pengorganisasi yang hebat dalam bidang pikiran dan perbuatan. Dan CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
31
meskipun demikian, emosi tidak dapat dipisahkan dari penalaran dan
rasionalitas.
Pendapat hampir serupa diungkap Robert K. Cooper yang mengatakan,
bahwa pada umumnya, emosi lebih jujur daripada pikiran atau nalar.
Menurutnya, emosi juga memiliki kedalaman dan kekuatan, sehingga dalam
Bahasa Latin, misalnya, emosi dikatakan sebagai motus anima, yang
artinya “jiwa yang menggerakkan kita”.
Mengapa saya melukiskan gambaran begitu, terutama bagi seorang
entrepreneur yang setiap harinya selalu menghadapi tantangan di dalam
menggeluti bisnisnya ?
Itu karena, selama ini kita mungkin belum menyadari atau menghargai
secara sebenarnya makna penting emosi itu sendiri. Kita lebih menangkap
pengertian emosi dari makna konvensional. Sehingga, emosi dianggap
sebagai lambang kelemahan, bahkan tak boleh ada dalam bisnis, harus
dihindari, dan membingungkan. Kita juga cenderung suka menghindari orang
yang emosional, hanya pikiran yang diperhatikan dan suka menggunakan
kata-kata tanpa emosi.
Tidak hanya itu, emosi juga dikatakan mengganggu penilaian yang baik,
mengalihkan perhatian kita, tanda kerentanan, menghalangi atau
memperlambat penalaran, menghalangi mekanisme kontrol, memperlemah
sikap-sikap yang sudah baku, menghambat aliran data objektif, merumitkan
perencanaan manajemen, dan mengurangi otoritas.
Padahal, emosi itu sendiri menurut Cooper adalah sumber energi.
Sementara rekannya, Voltaire berpendapat emosi adalah “bahan bakar”.
Sehingga, berbisnis tanpa disertai dengan emosi, seolah tanpa ada gairah.
Saya sendiri juga merasakan hal seperti itu.
Hal itu juga akan membuat kita tak lagi memiliki keberanian berwirausaha,
apalagi bersaing. Padahal, dunia bisnis penuh persaingan. Mereka yang bisa
eksis usahanya adalah mereka yang menang dalam persaingan. Maka tak ada
salahnya, kita harus pandai-pandai mengerahkan sumber energi ini dalam
kehidupan, termasuk di dalam bisnis kita.
Sebernarnya, telah banyak studi yang mengungkapkan, bahwa emosi penting
sebagai “energi pengaktif” untuk nilai-nilai etika – misalnya :
• kepercayaan CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
32
• integritas
• empati
• keuletan
• kredibilitas
Hal tersebut dapat berupa kemampuan membangun dan mempertahankan
hubungan-hubungan bisnis yang menguntungkan, serta didasarkan pada
saling percaya.
Saya yakin, wirausahawan atau entrepreneur akan lebih minat ke sesuatu
yang punya makna penting daripada makna konvensional. Karena, seorang
wirausahawan adalah seseorang yang memiliki visi bisnis, dan selalu ingin
mengubahnya menjadi realita bisnis. Dia tahu, bahwa mengubah visi
menjadi realita lebih berupa kerja keras dari pada nasib baik.
Begitu juga halnya dengan emosi. Bukan lambang kelemahan, tapi
dianggapnya sebagai lambang kekuatan dalam bisnisnya. Sehingga, meski
persaingan bisnis di era millenium ketiga bakal ketat, namum dia akan tetap
terus bergerak maju.
Menyelaraskan Otak Berpikir & Otak Emosional
“Tidak mudah menyelaraskan kedua otak tersebut. Tapi kita
harus berani mencobanya”.
Hasil penelitian Daniel Goleman, pengarang “Emotional Intelligence”,
tentang otak dan ilmu perilaku yang dimuat “The New York Times”, menarik
untuk dikaji.
Dikatakannya, sesungguhnya kita memiliki 2 otak, yakini :
1. Yang berpikir (otak berpikir) dan
2. Yang merasakan (otak emosional).
Biasanya, otak berpikir itu kita sebut otak kiri, dan otak emosional kita sebut
otak kanan. Maksudnya, apa-apa yang kita ketahui ada di otak berpikir, dan
apa-apa yang kita rasakan ada di otak emosional. Dikotomi emosional
dengan berpikir kurang lebih sama denagn istilah “hati” dengan “kepala”.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
33
Sebenarnya mana yang lebih dulu terjadi ? Menurut penelitiannya itu,
Goleman menyebutkan, bahwa otak emosional ternyata terjadi lebih dulu
sebelum otak berpikir.
Lantas, sebenarnya apa segi manfaat yang bisa kita petik dari penelitiannya
itu, khususnya bagi kita yang bergerak di dunia usaha?
Penelitian ini mengingatkan kita, bahwa di dalam kita menggeluti dunia
usaha, sebaiknya bisa menyelaraskan antara otak berpikir dan otak
emosional.
Keselarasan kedua otak itu bagi kita sangat dibutuhkan, terutama di dalam
kita mengambil keputusan penting dalam bisnis. Keselarasan kedua otak itu
bagi kita sangat dibutuhkan, terutama di dalam kita mengambil keputusan
penting dalam bisnis.
Keserasan itu akan membuat kita lebih tepat dan bijaksana dalam mengambil
keputusan bisnis terlebih di saat persaingan bisnis seperti sekarang ini yang
kerap kali menghadapkan kita kepada rentetan pilihan-pilihan cukup banyak.
Apalagi, kedua otak tersebut, yang emosional dan yang berpikir, pada
umumnya bekerja dalam keselarasan yang erat, saling melengkapi, saling
terkait di dalam otak. Dimana, emosi memberi masukan dan informasi
kepada proses berpikir atau pikiran rasional. Sementara pikiran rasional
memperbaiki dan terkadang memveto masukan emosi tersebut.
Tapi sebaliknya, jika saja keduanya tak ada keselarasan atau katakanlah
otak emosional-lah yang dominan serta menguasai otak berpikir, maka
keseimbangan kedua otak itu akan goyah. Kita akan cenderung tidak bisa
berpikir jernih, suka bertindak gegabah dan sering melakukan kesalahan fatal
dalam setiap mengambil keputusan penting dalam bisnis.
Kalau dominan otak berpikir, maka kita hanya sekadar bersikap analitis, dan
mengambil tindakan tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.
Akibatnya menimbulkan hilangnya kegairahan dan antusiasme bisnis.
Oleh karena itu, kita jangan sampai kehilangan keselarasan kedua otak
tersebut. Sebab, seperti yang juga ditegaskan oleh Dr. Damasio, seorang
ahli neurologi, bahwa perasaan atau emosi biasanya sangat dibutuhkan untuk
keputusan rasional.
CARA GILA JADI PENGUSAHA
_________________________________________________________________
Purdi E. Chandra
34

0 komentar:

Posting Komentar

Dapatkan Uang Lotre $10.000 Hanya Dengan Mengklik Banner di Bawah,Serta free Login Register.Get $10000 Only By Clickling This Banner.